The President Series : Calm





Cast:

Hwang Minhyun (NU'EST/Wanna One)  ~  Jang Naeun (OC)




 Genre:

Romance (AU - Alternate Universe)





o  O  O  O  o




Seperti tersambar di tengah siang yang terik saat mendapati namanya tertulis pada selembar pengumuman yang terpasang di mading kampus. Pengumuman yang memberitahukan nama-nama mahasiswa yang terpilih menjadi bagian dalam acara pagelaran busana yang menjadi salah satu agenda tahunan. Mahasiswa yang pada akhirnya nanti akan mengurusi rangkaian acara tersebut, dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, hingga penutupan acara.



Naeun mengeratkan genggaman pada tali tasnya. Perasaannya menjadi kacau manakala melihat pada divisi mana ia akan bertugas. Namun bukan itu masalah sebenarnya. Bukan mengenai divisi dimana dirinya ditempatkan tetapi mengenai siapa yang akan memimpin divisi tersebut. Simplenya, ia merasa tidak nyaman pada ketua divisinya.


Hwang Minhyun, mahasiswa tingkat tiga jurusan seni rupa, merupakan seorang mahasiswa yang masuk ke dalam kategori mahasiswa incaran banyak kaum hawa di kampusnya. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang menawan, serta tubuh tingginya yang tegap sudah cukup menjadi alasan ia begitu didamba-dambakan oleh banyak mahasiswi. Namun tidak hanya sampai disitu saja, kepiawaiannya dalam menggambar serta berolahraga menjadi nilai tambah bagi Minhyun yang kini menjabat sebagai seorang ketua ikatan mahasiswa seni rupa di kampusnya.


Dan Minhyun lah yang akan memimpin divisi dekorasi acara dimana Naeun bertugas.


“Apa yang harus aku lakukan??”



*  *  *  *



Seperti yang sudah dituliskan pada lembaran pengumuman waktu itu bahwa hari ini menjadi hari perdana bagi setiap divisi untuk melakukan pertemuan bersama dengan anggota yang baru saja bergabung. Naeun yang awalnya ingin ingkar dari agenda tersebut akhirnya memutuskan untuk tetap datang walaupun hatinya terus saja membujuk untuk tidak hadir dengan menimbulkan perasaan tidak enak serta membuat jantungnya berdegup kencang.


Setiap kakinya melangkah setiap itu pula hembusan nafas beratnya terhembus dari bibirnya. Naeun ingin sekali mengendalikan dirinya dan membuat ia seperti biasa saja. Namun usahanya selalu gagal terlebih saat ia mengingat bagaiman Minah membuat ia mengungkapkan semua pikirannya mengenai Minhyun saat sosok itu tengah melintas di dekatnya.


Ingin rasanya ia memaki, memukul, atau bahkan melempar Minah ke planet lain andai ia mempunyai kemampuan itu. Tetapi ia tidak bisa melakukan hal itu karena Minah adalah sahabatnya. Lagi pula gadis itu juga sudah meminta maaf padanya walaupun ia tahu bahwa permintaan tersebut tidak tulus dari dalam hati Minah.


Namun nasi sudah menjadi bubur. Daging mentah sudah berhasil matang karena diletakan di atas bara api. Susu sudah menjadi keju. Dan Minhyun pun sudah mengetahui isi pikirannya. Jadi mau dirinya menangis, meraung, atau berguling di atas tanah, Minhyun akan tetap tahu apa yang sudah ia katakan waktu itu.


Jadi keinginanya untuk tidak menghadiri pertemuan hari itu bukanlah solusi yang tepat. Itu hanya akan membuat reputasinya memburuk karena mengingkari komitmen yang telah ia setujui sebelum mengembalikan formulir pendaftaran anggota beberapa bulan yang lalu.


Hembusan nafas yang terdengar berat kembali lolos dari kedua bibirnya. Naeun yang masih terus berusaha menenangkan diri dan mengendalikan perasaan takut yang telah bercampur dengan kekhawatiran itu tetap melangkahkan kaki menuju ruang pertemuan yang berada di lantai empat gedung pertunjukan fakultas seni. Dirinya sengaja memilih menggunakan tangga demi memberikan waktu yang sedikit lebih banyak untuk menenangkan diri.


Sayangnya hingga kedua kakinya telah berdiri di depan pintu, usahanya yang terkesan mengulur waktu itu tidak memberikan hasil apa pun. Perasaannya masih terasa kacau serta jantungnya tak juga berhenti berdegup kencang. Bahkan detakan tersebut menimbulkan suara yang mampu didengarnya dengan sangat jelas. Dan perasaan takut mulai menggelayuti benaknya jikalau orang lain bisa mendengar suara itu. Suara debaran jantungnya yang terdengar tidak biasa.


Naeun lantas menarik nafasnya dalam dan panjang, kemudian menghelanya perlahan seperti akan mengeluarkan seluruh persediaan oksigen di dalam paru-parunya. Matanya yang terpejam perlahan ia buka bersamaan dengan tangannya yang terangkat guna menekan gagang pintu di depannya.


Derit yang muncul akibat tekanan yang diberikan tubuhnya membuat orang-orang yang telah berkumpul di dalam bahkan Naeun sendiri terkejut. Walau begitu, ia berusaha untuk membiasakan dirinya dan bertingkah seperti orang pada umumnya.


Perlahan pintu besar berwarna coklat itu terbuka. Dari posisinya berdiri, Naeun dapat melihat seluruh anggota telah berkumpul dan menempati kursi masing-masing. Termasuk Minhyun yang tengah berdiri dan menuliskan sesuatu di papan tulis.


Naeun menganggukan kepalanya setelah menutup pintu ruangan dengan rapat. Ia kemudian segera berjalan menuju kursi kosong yang tersisa. Mendudukan tubuhnya di sana dan kemudian mengeluarkan beberapa lembar kertas serta alat tulis dari dalam tasnya.


Ia kemudian mulai memfokuskan dirinya pada apa yang tengah dituliskan Minhyun. Namun bukan pada tulisan yang tertera pada papan, fokus Naeun malah tertuju pada sosok Minhyun. Mulai dari rambut pria itu, rahang yang membingkai wajahnya, sampai dengan tangannya yang masih bergerak menuliskan satu demi satu huruf di papan.


Oh.. Naeun. Berhenti membayangkannya!, suara hatinya memperingati.


Walau demikian, alam bawah sadarnya terus saja membayangkan sosok Minhyun sekali pun sudah berpuluh-puluh kali otaknya mengingatkan untuk berhenti.


“Jadi ini adalah rangkaian pekerjaan kita. Mulai dari menentukan desain, mencari bahan dekorasi, mendekor ruangan, sampai dengan merapihkan kembali dekorasi setelah acara selesai.”


Minhyun berjalan menjauhi papan dengan tujuan agar anggotanya dapat melihat timeline yang baru saja dibuatnya. Ia kemudian mengambil map transparan yang berada di dekat tasnya, mengeluarkan isi map tersebut dan meminta salah satu anggota untuk membagikannya.


“Itu adalah detail dari apa yang ku tuliskan. Aku juga sudah membagi anggota kita ke dalam beberapa kelompok kecil untuk menyelesiakan tugas ini. Ku harap dengan itu pekerjaan ini akan dapat diselesaikan dengan cepat.” Tambahnya sembari menarik kursi yang sebelumnya ia dorong karena ingin berdiri.


Naeun yang sebelumnya masih memperhatikan lembaran yang baru didapatnya tiba-tiba saja terkejut bukan main begitu melihat sosok Minhyun di sampingnya. Oh ayolah.. pria itu duduk di sampingnya. Dekat. Sangat dekat. Bahkan kertas yang ia tulis telah berada di bawah tangan pria itu. Jadi dapat dibayangkan bukan seberapa dekat jarak mereka dan seberapa kacau detakan jantungnya saat ini.


Kepalanya langsung saja tertunduk. Tangannya yang berada di atas meja langsung ia sembunyikan di balik meja hanya untuk menutupi jemarinya yang mulai terkepal karena menahan rasa terkejut yang membuat jantungnya kembali berpacu cepat.


Tenang.. tenang Naeun. Tenang., batinnya.


Perlahan Naeun mencoba untuk mengangkat kepalanya. Ia tidak ingin anggota yang lain menyadari perubahan dirinya. Dengan kembali menghela nafasnya namun lebih pelan dan lebih pendek dari sebelumnya, sedikit demi sedikit kepalanya mulai terangkat.


Namun ia kembali terkesiap saat Minhyun tengah menatapnya dalam jarak yang dekat. Bahkan nafas pria itu dapat ia rasakan tengah menyapu permukaan kulit tangannya.


“Tenanglah jika tidak ingin yang lain tahu.” Ujarnya tenang setenang matanya yang terus menatap manik mata Naeun.


Selama sepersekian detik Naeun hanya mampu tertegun. Melihat sedekat apa wajah Minhyun dengannya membuat ia kehilangan rasa sadarnya. Membuat ia seakan lupa dengan dunia yang nyata. Membuat ia seperti tengah berada di langit ketujuh. Mustahil. Memang! Tapi itulah yang tengah terjadi pada Naeun selama beberapa detik menatap Minhyun.


Minhyun hanya memasang senyumnya saat Naeun terus menatapnya. Ia lantas berdeham yang membuat gadis di sampingnya itu mengerjap dan segera menjauhkan tubuhnya.


“Baiklah, apakah ada yang keberatan dengan pembagian kelompok kecil tersebut?” Tanya Minhyun pada seluruh anggota.


Dalam kondisi yang masih sedikit terkejut, Naeun mencoba mencari namanya pada setiap kelompok kecil yang tertulis pada lembaran di tangannya. Dan betapa terkejutnya ia saat mendapati namanya tertulis pada kelompok desain bersama dengan Minhyun. Ya.. dengan pria itu. Ber-du-a.


Astaga!, batinnya. Tubuhnya refleks berdiri dan hal tersebut berhasil membuat seluruh mata langsung menatapnya bingung.


“Ma-af..” Naeun menundukan kepalanya beberapa kali dan buru-buru kembali duduk begitu menyadari bahwa reaksinya berhasil membuat ia menjadi pusat perhatian.


Dasar bodoh!.


Dilain sisi, Minhyun hanya dapat menyunggingkan senyumnya saat melihat bagaimana reaksi gadis di sebelahnya. Ia sendiri tidak menyangka bahwa gadis bermarga Jang itu akan memunculkan reaksi yang sedemikian rupa yang berbeda sekali dari perawakan dirinya. Menarik., pikirnya.


Pertemuan hari itu akhirnya sampai pada akhir. Setelah Minhyun membagi dan menjelaskan setiap tugas dari kelompok kecil, serta dibukanya sesi tanya jawab bagi para anggota yang masih belum memahami tugas mereka, akhirnya pria itu mengakhiri sesi pertmuan kali itu dengan memberitahukan jadwal pertemuan berikutnya. Tidak lupa ia juga mengingatkan bahwa selama waktu menjelang pertemuan kedua, setiap kelompok kecil sudah harus membuat progres dari masing-masing tugas yang diberikan.


Satu per satu anggota divisi mulai meninggalkan ruangan setelah Minhyun menutup pertemuan perdana mereka. Perlahan ruangan mulai mengosong hingga menyisakan Naeun, Minhyun, serta beberapa anggota divisi yang masih ingin membahas tugas kelompok kecil mereka.


Naeun yang sebelumnya berniat menunggu hingga Minhyun meninggalkan ruangan karena ingin menghindarinya, akhrinya memutuskan untuk mendului pria itu karena Minhyun yang tak kunjung terlihat berniat untuk meninggalkan ruangan. Dengan gerakan cepat ia masukan seluruh barang-barangnya dan kemudian menyampirkan tali tas pada pundaknya.


Ia kemudian segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Membuka dan kemudian menutupnya dengan perlahan sebelum benar-benar berlari pergi meninggalkan area tersebut. Namun belum sempat kakinya berhasil mencapai tangga, seseorang telah lebih dulu menghentikannya dengan menarik pergelangan tangannya.


Tubuhnya pun berputar dan betapa terkejutnya ia saat melihat Minhyun lah sosok yang menahan dirinya dan tengah berdiri tepat di belakangnya, lagi-lagi dengan senyum yang sama seperti saat mereka berada di dalam ruang tadi.


Rasa terkejut yang menyerangnya terus-menerus membuat Naeun tidak dapat mengatakan sepatah kata pun. Bahkan untuk melepaskan tangannya dari genggaman Minhyun saja ia tidak bisa. Tatapan yang pria itu berikan begitu mempengaruhi kerja tubuh Naeun sampai-sampai membuat apa yang diperintahkan otaknya tak kunjung dijalankan oleh setiap saraf yang bersarang di dalam tubuhnya.


“Jangan ingkar dari komitmenmu apa pun yang terjadi Naeun-ah. Profesionalisme menjadi harga mati dalam mempersiapkan pagelaran ini. Dan ku harap kamu mengerti itu.” Ucap Minhyun tenang, setenang diriya yang terus menggenggam pergelangan Naeun tanpa ada perasaan tidak enak.

Lama Minhyun membiarkan dirinya diam dan terus menatap Naeun yang masih terlihat terkejut. Namun kemudian nafasnya terhembus dan sejenak kepalanya tertunduk.


“Masih ada yang ingin ku katakan. Dan mungkin kamu akan terkejut ketika mendengarnya, tapi memang ini yang sebenarnya ingin ku katakan saat mendengar pengakuanmu tempo hari.” Minhyun lantas melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Naeun. Kemudian ia meraih kedua tangan Naeun dan menggenggamnya.


“Aku ingin mengenal mu lebih dari sekedar Naeun seorang mahasiswi hubungan internasional.  Aku ingin tahu lebih banyak tentang mu, terlebih hal-hal pribadimu. Aku ingin lebih dekat dengan mu, bukan sebagai ketua divisi dan anggota tetapi sebagai seorang laki-laki dan perempuan. Karena itu, mari kita menjadi dekat.” Aku Minhyun masih dengan senyum yang sama.


Pria itu kemudian emlepaskan genggamannya dan denganc epat menarik tubuh Naeun ke dalam dekapannya. “Aku tahu kamu terkejut, karena itu aku akan memberi mu waktu sampai besok. Jadi pikirkanlah baik-baik karena aku tidak bisa menunggu lama.” Bisik Minhyun.


Ia kemudian melepaskan pelukannya dan mengusap puncak kepala Naeun singkat sebelum meninggalkan gadis itu sendiri ditengah keterkejutannya. Keterkejtuan yang begitu besar sampai membuat Naeun tidak dapat melakukan apa pun selain bernafas. Dirinya masih tidak dapat mempercayai apa yang baru saja terjadi, apa yang baru saja di dengarnya, dan apa yang baru saja ia lihat.


Ya, Naeun tidak dapat mempercayainya. Mempercayai bahwa Minhyun baru saja mengungkapkan secara tidak langsung bahwa ia juga memiliki perasaan pada dirinya. Bagaimana bisa? Melihat reaksi Minhyun begitu mendengar pengakuannya membuat Naeun yakin bahwa pria itu adalah pria yang tidak tertarik menjalin hubungan dengan lawan jenis.


Minhyun melihatnya sekilas dan kemudian berlalu pergi bersama dengan temannya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Mimik mukanya juga dingin saat dirinya bertemu pandang dengan Naeun. Bahkan saat mereka kembali bertemu di kantin, pria itu terlihat biasa saja seakan tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dengan Naeun. Sungguh! Hal itu membuat Naeun berpikir kalau Minhyun adalah pria yang sulit.


Namun saat mendengar penuturan Minhyun saat itu membuat semua pikiran buruk tentang pria itu sekaan menghilang bagai ditelan bumi. Dan Naeun sadar bahwa Minhyun bukanlah pria dingin seperti apa yang ia sangkakan. Minhyun hanya seorang pria biasa yang mampu mengendalikan perasaan dan dirinya dengan baik sehingga orang lain tidak tahu apa yang ia pikirkan dan ia rasakan.





E . N . D





Hallo!
Akhirnya setelah sekian lama tidak bersua, aku bisa balik lagi dengan series baru *lagi* yang masih enggak tau gimana feelnya. But yeah.. maaf kalau emang enggak bisa memenuhi ekspektasi kalian. Jujur ini adalah tulisan pertama aku setelah 1 semester kuliah, it means 6 bulan. Jadi aku nulis ini kayak belajar lagi. Jadi maaf guys.


Dan aku nulis ini selain karena kangen, juga sebagai bentuk dukungan buat NU'EST. Pasti kalian tahu kenapa kan. Yap.. berhubungan dengan Produce 101 serta agensi mereka. So guys, aku cuma mau ngasih tau kalau aku nulis Minhyun bukan karena kebawa suasana dia akhirnya menjadi lucky 11 sampe bisa debut bareng Wanna One. Tapi aku nulis Minhyun buat nyebarin semacem info kalau NU'EST itu eksis. Kayak semacem campaign lah yaa..


Aku bukannya mau sok-sokan gitu, tapi jujur aku suka NU'EST dari pas mereka debut. Tapi entah kenapa makin lama makin susah banget nyari mereka. Dan itu bikin aku kayak kecewa gitu sama agensinya, apalagi pas adik agensi mereka debut terus lebih booming sang agensi seakan melupakan mereka. Dan keadaannya enggak berubah sampe aku mulai nulis. Karena sulitnya nyari mereka di youtube, jadinya cuma ada sedikit bahan bahkan nyaris enggak ada bahan buat nulis mereka. Alhasil aku enggak nulis apa pun tentang mereka.


Dan berhubung sekarang ini lagi booming banget gara-gara *banyak yang anggap faktor pengumuman peringkat 11-14 di tengah acara* Jonghyun akhirnya gagal debut, jadi banyak yang re-upload video mereka dengan subtitle bahasa inggris, dan akhirnya aku punya bahan. So.. aku memutuskan untuk membuat series ini. Tapi tenang, The President Series ini enggak hanya akan ada member NU'EST tapi masih ada grup lainnya yang siap menyapa kalian *walaupun cerita yang lainnya masih disimpen di otak* hehe.


Jadi semoga cerita pertama ini bisa menemani liburan kalian atau ngabuburit bagi yang puasa. Dan semoga kita bisa bertemu lagi dalam waktu dekat.


See you semuaa.....감사합니다 ^^

Comments

Post a Comment

Popular Posts