Bitter Sugar - Part 4





Irish bilang orang tua Jiho telah mengatur pernikahan untuk putranya. Kalau tidak salah ingat, Jiho dijodohkan dengan seorang putri pemilik hotel di kawasan Busan. Ya, tanpa harus diberi tahu kronologi makan malam pada hari itu, Andrea tahu cepat atau lambat keluarga Jiho akan berbuat  demikian.


Mungkin itulah yang tak bisa kau elakkan saat kau jatuh miskin. Satu persatu orang dalam hidupmu akan bergerak menjauh dan tak ingin mengenalmu lagi. Kasarnya, mereka sudah membuangmu.


Dan kau tak bisa berbuat apapun, hanya bisa menerimanya dengan pasrah dan berharap bisa menjalankan hidup dengan benar.



Atau mungkin kau akan terus berdoa agar suatu hari menjadi seorang jutawan supaya bisa mengembalikan orang-orang itu ke sisimu. Supaya kau tak kesepian dan menyedihkan lagi.


Setidaknya itulah yang sempat Andrea lakukan saat menemukan ibunya berselingkuh dan meninggalkan ayahnya demi seorang pria kaya bermobil mengkilat. Namun seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa ia tak perlu menjadi seorang jutawan untuk mendapatkan ibunya lagi.


Tak seharusnya ia berjuang sedemikian keras hanya untuk membuat mereka yang pergi kembali lagi. Tidak, mereka yang pergi tak pantas diperjuangkan seperti itu.


Dan Irish menyadarinya dengan baik. Gadis itu kelihatan baik-baik saja, tidak terlihat seperti orang depresi atau bertingkah seolah hidupnya akan berakhir besok.


Tidak, Irish-nya adalah seorang gadis kuat dan pintar. Ia tidak menyia-nyiakan banyak waktu untuk menyesali kemiskinan keluarganya.


Ia malah sedang bekerja dengan giat di balik meja kasir, melakukan rutinitasnya seperti biasa. Menyapa pelanggan yang datang, mencatat pesanan, mengulang daftar pesanan, dan tersenyum ramah. Pokoknya terlihat tidak seperti gadis menyedihkan yang berniat mau bunuh diri.



“Hei, coba lihat! Ada wanita tas Gucci. Andrea, coba dilihat,” seru Irish berbisik.



Andrea yang tengah mencari tumpukan tisu di bawah kolong meja kasir akhirnya bangkit, menatap sosok yang dimaksud kakaknya.



Benar, itu wanita bertas Gucci. Tapi hari ini ia sedang membawa tas Hermes. Andrea penasaran seberapa besar lemari tas yang wanita itu miliki di rumahnya.



“Selamat datang di SummerHunt!”


“Annyeong gadis muda,” sapa wanita itu kepada Andrea.


Wajah wanita itu kelihatan riang dan antusias. Kira-kira apa wanita itu membuat janji temu dengan Lee Minhyuk lagi?


“Masih ingat aku, kan? Aku yang tempo hari menitipkan kertas dan foto itu. Kau pasti ingat, kan?”


“Ya, aku ingat.”


“Bagaimana? Kau sudah memberikannya?”


Andrea mengangguk,”Ya, sudah kuberikan. Tapi ia menolak untuk menerima fotonya,” terang Andrea dengan tenang.


Wanita itu mengibaskan tangannya, “Minhyuk-ku memang begitu. Simpan saja fotonya untukmu.”


Andrea semakin penasaran, sebenarnya apa hubungan wanita di depannya dengan si gitaris gila itu? Tapi wanita itu bilang tadi apa? Minhyuk-ku?

Jangan-jangan… Jangan-jangan Lee Minhyuk itu selingkuhan wanita kaya di depannya. Bisa jadi. Melihat perangai Minhyuk yang suka tebar pesona, tidak heran kalau wanita paruh baya itu bias saja jatuh hati padanya.

“Lalu, apa ia mengatakan sesuatu? Seperti...menitipkan pesan untukku?”

“Tidak. Ia tidak mengatakan apapun, kami berpisah setelah aku memberi pesannya.” Andrea memberi penjelasan sesingkat mungkin supaya wanita itu mengerti dan segera pergi. Yang lebih utama tidak menanyakan apapun lagi tentang Lee Minhyuk.


Namun di luar perkiraannya wanita itu malah semakin mendekat dan tak mau pergi. Wanita itu melenguh panjang dan menatap Andrea dengan frustasi.


“Begini saja, boleh aku minta kertas?”


Andrea menahan kekesalan, namun tetap menganggukkan kepala. Jangan bilang wanita itu mau menitipkan pesan lagi?


**** 


Minhyuk menutup halaman webnya, mengempaskan punggungnya ke belakang sambil melepaskan desah panjang dengan pikiran semrawut. Seungkwan tadi meneleponnya, si perut buncit itu bilang fanpagenya sedang heboh dengan rumor identitas Vabolous.


JADI, VABOLOUS ITU SEORANG TRANSGENDER?



Kira-kira begitulah headline-nya. Tak hanya ramai diperbincangkan di fanpage-nya saja, di media sosial pun tak kalah ramai. Bahkan ada beberapa situs online yang membuat berita palsu yang katanya telah menemukan beberapa fakta yang semakin menguatkan kalau Vabolous itu seorang transgender. Bahkan ada yang menulis sebuah hasil wawancara palsu yang mengatas namakan salah satu staff dari perusahaan webtoon tempatnya bekerja.


Minhyuk menjauhi layar terpa, mengempaskan tubuhnya ke kasur sambil mendesah keras-keras. Heol.. ia tak menyangka beritanya akan jadi seheboh ini.


Kekacauan ini terjadi hanya karena gurauannya semalam.


Minhyuk membuka matanya begitu lagu Amnesia milik 5SOS terdengar sayup-sayup. Ia dengan cepat menyambar ponsel yang tergeletak di atas meja kerjanya.


Ia menemukan nomor asing di layarnya. Tidak ada namanya.


Biasanya ia akan menjawab panggilan dari siapapun, tapi berhubung kepalanya masih berdenyut ia langsung menggeser ikon berwarna merah.


Ketika ia hendak meletakkan ponsel itu, deringnya kembali menggema dan kombinasi nomor yang sama terpampang lagi di layar. Heol.. Siapa sih yang meneleponnya? Ia me-reject kembali. 


Tak ingin ponsellnya kembali berdering dan membuat kepalanya tambah sakit, ia memutuskan untuk mematikan ponselnya. Kemudian kembali berbaring di atas kasur.


Apa yang harus ia lakukan untuk menghentikan rumor itu? Ia tidak akan mengungkap identitasnya, itu pasti. Tapi ia juga tidak ingin dianggap seorang transgender dan membiarkan rumor-rumor yang beredar semakin tidak jelas ceritanya.

Sebenarnya ia tidak begitu mempermasalahkan rumor tersebut kalau saja oknum-oknum jahil tidak muncul dengan membawa berit-berita palsu yang membuat citra Vabolous menjadi sosok nmengerikan yang mengalami gangguan psikologis.


Ya Tuhan, ia benar-benar butuh istirahat.



**** 



Semakin hari suasana hati Minhyuk semakin buruk. Semenjak rumor kalau pemilik akun Vabolous itu seorang transgender merebal, pria itu bersikap uring-uringan.


Apalagi semakin hari rumor itu berkembang semakin tidak terkendali. Ada sebuah akun yang katanya mengenal sosok asli dari Vabolous. Menurut penuturan si pemilik akun, sebelum memutuskan menjadi seorang transgender, Vabolous merupakan korban dari kasus sodomi saat usianya sepuluh tahun.



Ada juga yang mengatakan kalau sebenarnya Vabolous itu seorang pria yang memiliki kepribadian ganda. Ia merupakan seorang pria secara utuh, namun di satu sisi tergelapnya ada jiwa seorang perempuan di dalamnya. Teori itu membuktikan kenapa setiap cerita komik yang ditulisnya begitu menakjubkan dan menyentuh hati.



“Beritanya semakin parah saja,” komentar Jooheon setelah membaca salah satu surat kabar online di layar PC-nya.



Minhyuk hanya menghentak-hentakkan kakinya, “Benarkan? Ah, menyebalkan sekali. Bahkan ada yang bilang aku itu menderita penyimpangan seksual,” gerutunya sambil mengganti saluran televisi.



“Kau bisa buat klarififikasi di fanpage resmimu untuk meredakan rumor yang berkembang. Hanya semudah itu.”



Mudah memang bicara. Si jangkung Chae Hyungwon tidak tahu saja kalau Seungkwan menahannya untuk membuat klarifikasi dalam bentuk apapun. Pria itu ingin rumor ini terus menyebar seperti virus. Katanya semakin sering ia diperbincangkan, semakin banyak juga orang yang akan penasaran untuk membaca komiknya. Intinya mereka harus menggunakan momen ini dengan sebaik mungkin.


Gilakan si gembul itu?


TINGTONG



Mereka menoleh ke arah pintu kemudian saling bertukar pandang. Pasti pesanan pizza mereka sudah sampai. Setelah saling melempar pandangan, akhirnya Jooheon yang pergi membuka pintu.


Tapi alih-alih menemukan seorang pengantar pizza, Jooheon dikejutkan dengan kemunculan sosok Andrea di balik pintu.

 “Lee Minhyuk ada di dalam?” 


Jooheon mematung, memperkirakan sosok yang tengah menatapnya dengan bosan. Well, gadis dengan aura misterius di depannya mirip dengan seseorang. Jooheon masih mencoba mengingat-ingat. Sepertinya ia pernah melihat gadis itu.



Yah, ini dia si Andrea yang tak tertaklukkan yang sempat membuat Lee Minhyuk mendadak kehilangan akal sehat.


“Permisi, aku bertanya tadi.” Andrea melambaikan tangannya, meminta perhatian Jooheon.


“Oh, iya silahkan masuk.”



Tanpa berbasa-basi Andrea melewati Jooheon, tanpa tedeng aling-aling memasuki ruangan tengah dimana semua personil BitterSugar–kecuali Jooheon–sedang berkumpul.


Tak seorangpun menyadari kehadirannya, Andrea menghela napas jengah. Ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menudingkan jari seperti preman kemudian meminta waktu untuk bicara dengan Lee Minhyuk bisa jadi ide yang bagus, tapi ia bukan gadis yang tidak punya sopan santun begitu.


Lagipula mukanya tidak setebal itu.


“Jooheon-aa, cepat bawa pizzanya! Apa sih yang membuatmu begitu lama?” omel Kihyun.


Pria mungil itu mengatupkan mulutnya begitu menemukan seorang gadis berambut panjang berwarna hitam legam sedang berdiri tak jauh dari tempatnya. Di belakang gadis itu ada Jooheon yang memberinya isyarat untuk tak banyak bicara.

“Minhyuk,” panggil Kihyun.


“Minyuk-aa, sepertinya kau kedatangan tamu.” Kihyun mengguncang-guncang tubuh malas Minhyuk dengan kakinya.



Namun pria itu hanya menggeram kesal dan tak peduli, sementara Hyungwon dan Hyunwoo bergantian menoleh ke arah Andrea.


“Yak! Gadis itu datang.” Akhirnya Hyunwoo sang leader angkat bicara.


“Gadis yang mana?” respons Minhyuk tak tertarik.


Kihyun meringis, “Gadis yang di Combos waktu itu,” jawabnya hati-hati.


“Bilang padanya aku tidak ingin bertemu dengannya lagi. Katakan juga jangan pernah datang kemari lagi.”


Kemudian seisi ruangan–kecuali Minhyuk–melirik Andrea yang mulai mendengus kesal. Aura kelam yang menyelimuti gadis itu sudah tersebar ke seluruh ruangan. Rasanya dingin dan agak mencekam apalagi kalau melihat tatapan yang gadis itu berikan.


“Aku juga tak akan repot-repot datang kemari kalau saja kau mengaktifkan ponsel sialanmu itu,” ujar Andrea.


**** 



Jooheon meletakkan segelas limun dingin ke atas meja, mempersilakan Andrea untuk minum, kemudian kembali ke dapur.


Di ruang tengah Andrea dan Minhyuk sudah duduk berhadapan, sementara Kihyun, Hyunwoo, dan Hyungwon duduk menyebar. Mereka sengaja bertahan di sana untuk mengawasi kedua orang yang saling berpandangan dengan sengit. Siapa tahu bakal ada keributan yang melibatkan aksi membalikkan meja.


Andrea mengeluarkan tempat pensilnya lalu menumpahkan semua lipatan kertas yang ada di dalamnya ke atas meja. Semua orang menatap penasaran tanpa berani bertanya. Andrea kembali menatap Minhyuk.


“Kertas-kertas ini dikirim oleh orang yang sama. Wanita yang waktu itu membuat janji denganmu di kafe. Nyonya Kim Doyeon.”


Lantas semua orang menatap Minhyuk, kali ini menuntut penjelasan dari pria itu. Namun Minhyuk tak memedulikannya, ia mengambil salah satu kertas yang ada di meja kemudian membaca tulisan di dalamnya.


“Wanita itu ibumu, kan?” Andrea terlihat lebih serius. Seulas senyum miring menghias wajahnya.


Sementara itu Minhyuk menyandarkan punggungnya ke bantalan sofa lebih dalam, mencari posisi aman. Ia rasa Andrea sudah tahu beberapa hal mengenai dirinya.


“Apapun masalahmu dengan wanita itu, tolong balas emailnya. Lakukan saja apa yang ia minta. Memang apa susahnya? Biar bagaimanapun ia tetap ibumu,” lanjut Andrea merangkum keluhan wanita itu selama ini.



Yah, selama seminggu belakangan wanita itu terus saja datang ke kafenya. Awalnya hanya untuk menanyakan apakah Minhyuk sudah menerima pesannya, lalu keesokannya wanita itu semakin putus asa. Andrea bisa menemukannya sedang termenung di meja paling ujung ditemani secangkir latte hangat.



Irish yang pertama kali menghampiri wanita itu dan mengajaknya bicara, dari situlah Nyonya Doyeon menceritakan keluhan dan keresahannya mengenai Lee Minhyuk yang ternyata adalah putranya. Wow, tidak disangka wanita pemilik tas mahal itu ternyata seorang ibu dari gitaris kurus kering yang terlihat kekurangan gizi.



Aigoo, bibi Doyeon benar-benar hebat,” gumam Hyungwon takjub melihat kumpulan kertas  kecil di atas meja.


“Seberapa banyak yang kau tahu?” tanya Minhyuk serius.


Tak ada lagi Minhyuk si tukang tebar pesona atau Minhyuk si cerewet yang suka sekali mengeluh. Air mukanya berubah menjadi sangat serius dan suaranya datar.


“Tidak perlu dijawab. Aku tidak ingin tahu,” lanjutnya lagi sebelum Andrea membuka mulutnya.



Minhyuk beranjak dari tempatnya, menatap Andrea sekilas. Lalu tanpa basa-basi berderap meninggalkan ruangan.


“Katanya pulanglah sebentar, ia mau memasakkan kari kesukaanmu. Ia ikut les memasak selama ini,” ungkap Andrea.


Minhyuk berhenti sebentar, memikirkan kembali apa yang barusan di dengarnya. Ibunya yang manja yang selalu menyerah untuk membuatkannya makanan karena rasa masakannya selalu luar biasa tidak keruan, akhirnya mau belajar memasak. Kenyataan itu sedikit membuatnya tersentuh, namun gumpalannya kemarahannya masih jelas lebih besar.


“Setidaknya ibumu sudah berusaha untuk menemuimu kembali. Tidak semua orang beruntung punya kesempatan seperti itu, tidak semua orang beruntung karena diperjuangkan seperti itu.’


Satu ruangan menahan napas, para personil BitterSugar tahu benar kalau Minhyuk tidak suka membahas masalah keluarganya. Mereka sudah berteman selama delapan tahun dan selama itu mereka tak pernah benar-benar membahas masalah keluarga di depan Minhyuk.


“Jooheon-aa, tolong antar Andrea keluar. Kurasa ia tidak bisa menemukan pintunya,” pesan Minhyuk sebelum menutup pintu kamarnya.

“Brengsek!”



“Kau tidak tahu seberapa beruntungnya dirimu!”


“Setidaknya ada yang menginginkanmu kembali. Bajingan brengsek! Bocah tengil!” Andrea melepas napas kasar.


Ia menatap satu persatu personil BitterSugar yang tengah menatapnya dengan terkesima.


“Nona, ayo kuantar,” kata Jooheon menawarkan bantuan.


“Tidak usah! Aku tahu kok letak pintunya. Brengsek. Kau pikir aku setolol itu?”  Andrea berlalu begitu saja, meninggalkan empat orang pria yang tengah mematung di tempat.




****



Minhyuk terjaga semalaman untuk membaca pesan-pesan yang ditulis ibunya. Rasanya sesak tapi juga lega di lain sisi. Senang rasanya saat tahu kalau ia bukan satu-satunya orang yang menyimpan rindu, tapi kesal juga kalau mengingat ia tak bisa melakukan apapun untuk mengubah keadaan.


Memangnya ia bisa apa kalau ibunya saja tak mau keluar dari rumah itu?



Dulu sekali ia tak menyadari kenyataan tentang keluarganya sampai ia tak sengaja mendengar pembicaraan ibunya dengan pria itu–ayahnya.


“Tapi Minhyuk anakku, oppa. Sampai kapan kalian mau menyembunyikan fakta itu? Aku yang  melahirkannya bukan Jinjoo unnie!”

“Kau akan tetap menjadi ibunya sampai kapanpun, Doyeon-aa.”

“Namun bukan namaku yang tercatat di kolom ‘nama ibu’ pada akta kelahirannya, buku rapornya. Aku sudah bersabar selama ini. Aku mesti bersabar sampai kapan, oppa?”


Sampai kapan? Saat itu ayahnya tak menjawab, mengeluarkan jurus diam seribu bahasa andalannya. Yeah, sudah jelas sekali jawabannya. Ibunya harus bersabar seumur hidupnya karena sampai kapanpun wanita itu hanya akan menjadi istri simpanan.


Seorang wanita yang akan selalu ayahnya sembunyikan dari dunia. Seorang wanita yang harus berpuas diri dengan status yang tak pernah diakui di mata hukum maupun masyarakat. Wanita yang melahirkannya, wanita yang akan selalu menjadi ibunya, namun harus terus bersabar melihat anaknya diakui sebagai anak dari istri pertama serta satu-satunya istri sah yang dari suaminya.


Minhyuk merasa sangat marah mengetahui hal itu, namun itu bukan satu-satunya hal yang membuatnya marah dan berencana untuk pergi dari rumah itu. Tentu ada beragam alasan yang membuatnya membulatkan tekad untuk pergi dari sana.


Sebelum pergi, Minhyuk sempat mengajak ibunya untuk meninggalkan rumah besar itu dan tinggal bersama neneknya di Daegu. Tapi ibunya menolak dengan alasan klasik.


“Ibu tidak bisa meninggalkan ayahmu, Minhyuk-aa. Siapa yang akan mengurusnya kalau ibu pergi?”


Pada akhirnya Minhyuk kabur dari rumah tanpa ibunya, memutuskan pergi ke Daegu dan tinggal di sana. Ia menghabiskan waktu remajanya di sana, menamatkan SMA-nya, dan mengenal Kihyun di sana.


Sebenarnya ia hanya ingin membuat ibunya bahagia dan berada di rumah itu tidak akan membuat siapapun bahagia. Tak seorangpun yang tinggal di sana merasa bahagia. Ibu tirinya memperlakukannya dengan sangat formal, dan tak jarang menghina ibunya untuk alasan apa saja.


Kemudian ada Junho–si anak sulung–yang kelihatan sangat tidak menyukainya, pria itu benar-benar waspada dengan kehadirannya di rumah itu. Seolah sewaktu-waktu ia akan merebut semua harta dan perusahaan yang dimiliki ayahnya. Lalu ada ayahnya yang selalu bersikap dingin dan hanya memedulikan pekerjaannya.


Yang terakhir ada ibunya, wanita menyedihkan yang tak lelah membohongi dirinya sendiri. Wanita yang selalu berharap keajaiban akan terjadi suatu saat nanti.


Tapi semua orang di rumah itu termasuk dirinya sendiri tahu, keajaiban itu tak akan pernah terjadi. Kim Doyeon akan selamanya menjadi wanita simpanan, ia akan tetap tinggal dalam kegelapan.


TBC

Hallo-ji..
Pertama-tama, mau mengucapkan selamat hari raya idul fitri bagi teman-teman yang merayakan!! *tebar gopean* Maafkan aku yang *ehm* suka ngaco dan banyak salah.
Maaf juga karena lama banget posting part 4 ini. Padahal udah diketik dari kapan tau, tapi males banget buka laptop, ngedit, dan publish. Padahal hanya sesimpel itu, aku gak perlu ke warnet atau apa. Namanya juga anak males yaa.. 

Aku kaget banget pas liat tanggal posting part 3 itu ternyata bulan Maret dan sekarang udah Juni akhir. Heol, beginilah kalau udah gak mood nulis jadi bawaannya gak excited. Ok, stop talking about that matter, I’ve already talked about that many times before. Tak ingin merusak momen libur lebaran yang memang sudah rusak karena aku masih ada UAS dan gak berapa lama setelah itu mesti menghadapi KKL (Kuliah Kerja Lapangan). 

Mau minta maaf juga kalau bertebaran typo karena aku gak cek lagi saking malesnya. Soalnya seingetku udah aku edit waktu dahulu kala, jadi yaudahlah yaa..
Terus untuk part selanjutnya pasti akan aku publish, tapi waktu tepatnya belum bisa dipastikan. Hidup itu penuh pasang-surut, begitupun mood jadi yaa... 

Jadi yaa terimakasih untuk siapapun yang sudah meluangkan waktunya membaca ff ini, bagi yg baru nemu ff ini bisa coba liat di page library, dan buat yang udah baca dari awal, hanya satu harapku semoga ini tidak mengecewakan kalian. 

Oki-doki, itu saja. Sekali lagi selamat lebaran dan liburan. Gunakan waktu liburan kalian sebijak mungkin karena bisa jadi liburan tahun depan kalian berhadapan dengan dosen rese yang menyelenggarakan UAS di tengah waktu liburan atau mungkin tahun depan kalian sedang keringat dingin dan tidak tenang karena akan menjalani KKL/PKL/KKN. 

Pesanku: berliburlah selagi ada kesempatan, bermalas-malasan sebanyak yang kalian mau *sesat*. 

Sampai jumpa di posting-an berikutnya.

Berjuta Gopekan,

GSB


Comments

Popular Posts