Goodbye Baby - chapter 3





cast:


Lee Minhyuk (BtoB)  ><  Byun Taerin (OC)  ><  Song Mino (WINNER)  ><  Yoon Jisun (OC)



Genre:


romance, university life, angst (AU - Alternate Universe)




Previous Story:




o  O  O  O  o





Keluarga Song memutuskan untuk pergi setelah dirasa cukup membahas mengenai perjodohan dan pertunangan yang akan segera dilaksanakan itu. Mereka pun berpamitan pada keluarga Byun.  Mino yang mendapat kesempatan untuk menjabat tangan Taerin tak menyia-nyiakannya. Dalam kesempatan itu, ia mendekatkan wajahnya pada Taerin.



“Sebentar lagi kau akan menjadi milikku Taerin-aa..” Bisik Mino di telinga Taerin.


Taerin tak membalasnya. Ia masih tetap mengunci mulutnya. Walaupun begitu, dalam hatinya ia ingin sekali memberikan pelajaran pada Mino. Ya setidaknya memberikan pria itu pukulan di muka serta kepalanya cukup.


Setelah kepergian keluarga Song, Taerin segera bergegas menuju kamarnya. Namun Shin Han Jung, ibunya, menahannya dan memerintahkan anak gadisnya itu untuk kembali menuju ruang keluarga.


Taerin tak dapat menolaknya. Ia tahu keadaan akan semakin buruk jika ia tak mematuhi perintah ibunya yang sudah terlihat murka. Ia pun akhirnyakembali menuju ruang keluarga diikuti dengan Taeho, ayah, dan yang terakhir sang ibu.


Taerin kembali menduduki sofa yang sama seperti saat pertama kali dia duduk. Gadis itu berusaha untuk bersikap tenang dan tak tahu apa-apa walaupun sebenarnya jantungnya kembali berdetak kencang.


“Kenapa kau tak mendengarkan ibu?” Tanya Nyonya Byun, ibu Taerin, dengan suara tertahan.


Ya.. wanita itu tengah berusaha menahan emosinya yang siap meluap kapan saja.


Taerin tak menjawabnya. Ia hanya mampu mengatupkan mulutnya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.


“Jawab Byun Taerin! Ibu tidak sedang berbicara sendiri!” Hardik wanita itu.


Mukanya yang sudah memerah menunjukan bahwa wanita itu benar-benar merasa marah pada Taerin. Ia tak menyangka bahwa anak perempuannya berani membohonginya dan tak mengindahkan larangannya.


“Aku tak mengerti maksud ibu, jadi apa yang harus-”


Belum sempat Taerin menyelesaikan pembelaannya, Shin Han Jung telah lebih dulu memotongnya dengan suaranya yang semakin meninggi.


“Jangan pura-pura tidak mengerti! Cepat jelaskan pada ibu, ada apa antara kau dengan Minhyuk? Bukankah ibu sudah melarang mu untuk tidak berhubungan dengan pria itu. Tapi kenapa kau malah menjalin hubungan dengannya?!?”


“A-aku...”


Taerin terlihat sulit untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikannya. Ia terlihat bingung serta takut secara bersamaan.


“Ibu tidak mau tahu. Kau sudah dijodohkan dengan Mino, jadi segera akhiri hubungan mu dengan pria itu!”


“Tapi kenapa? Kenapa ibu sangat tidak menyukai Minhyuk? Minhyuk pria yang baik bu, dia juga pekerja-”


“Karena dia pekerja seni. Mau jadi apa masa depan mu jika kau tetap bersamanya?!? Selain itu, ibu juga tahu kalau dia tidak melanjutkan studinya dan memilih untuk bekerja. Mau taruh dimana muka ibu dan ayah jika paman dan bibi mu tahu mengenai hal ini. Jadi akhiri hubungan mu atau ibu yang akan mengakhirnya!!” Titah sang ibu yang berhasil membuat air mata mengalir membasahi pipi Taerin.


Gadis itu yang sudah merasa kesal dengan keadaan langsung pergi meninggalkan keluarganya. Meninggalkan ibunya yang masih marah setelah mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Meninggalkan Taeho yang hanya mampu menatap sedih pada sang adik. Serta meninggalkan sang ayah yang lebih memilih untuk diam.


Keadaan itu, keadaan dimana Taerin harus mengakhiri hubungannya dengan Minhyuk karena perjodohan, terjadi karena keluarga Song dan keluarganya, atau lebih tepatnya Tuan Byun Jung Shil, sang ayah, dan Tuan Song Hyun Do memiliki hubungan yang sangat dekat. Kedua pria dewasa itu sama-sama memilki perusahaan yang dimana di masa depan akan menjadi besar jika tercipta hubungan keluarga di antara kedunya.


Dan hal itulah yang mendasari rencana perjodohan antara Taerin dengan Mino.


Song Mino adalah anak pertama sekaligus anak terakhir dari Song Hyun Do dengan istrinya Cheon Eun Sa. Dan itu adalah jawaban dari pertanyaan Taerin sebelumnya yaitu kenapa bukan Taeho yang dijodohkan, padahal pria itu adalah kakaknya?.


Kini tak ada yang dapat gadis itu lakukan. Perjodohan yang akan dijalaninya seperti dilindungi tembok besar yang begitu sulit untuk dihancurkan. Beribu alasan yang akan ia gunakan sudah tentu tak akan bisa membuat kedua orang tuanya membatalkan perjodohan tersebut.


Bahkan mungkin, ancaman-ancaman yang lazim dilakukan oleh banyak orang akan berakhir seperti lelucon dimata kedua orang tuanya. Tak ada lagi jalan untuk Taerin mundur. Satu-satunya jalan yang ia miliki adalah berjalan maju.


Ia harus menghadapi semuanya kini. Mulai dari Mino yang akan semena-mena dengannya. Minhyuk yang entah akan bereaksi apa ketika mengetahui tentang masalah ini. Serta kedua orang tuanya dan orang tua Mino yang begitu antusias terkait masalah perjodohan tersebut.


Ya.. semua itu harus Taerin hadapi sendiri. Tanpa siapa pun. Karena ia yakin, semua orang pasti akan membela orang tuanya tanpa memikirkan bagaimana perasaannya.



o  O  O  O  o



Di langit, matahari telah bersinar terik. Suara ramai telah memenuhi setiap seluk jalan. Kendaraan-kendaraan telah memadati jalan utama. Gedung-gedung bertingkat, baik itu gedung pemerintahan, perkantoran, gedung perbelanjaan, sekolah,  telah mulai diisi oleh orang-orang.


Taerin yang sadar akan waktu saat ini tak mengindahkan semua itu. Gadis itu tetap berada di posisinya, tubuhnya yang terkulai di atas ranjang, mata yang terpejam, dan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.


Walau ia juga tahu kalau ia harus datang ke kampus untuk menghadiri dua kelas, tetapi ia tak memperdulikannya. Ia sudah berencana untuk tidak datang hari itu. Selain karena ia tak ingin bertemu dengan sosok Mino, hatinya juga masih begitu sakit untuk berpura-pura dalam keadaan baik di depan orang lain.


Taerin ingin kembali memasuki alam tidurnya ketika pintu kamarnya diketuk dari luar. Gadis itu menggeliat. Ia kemudian melirik sekilas pada pintu tersebut. Namun otaknya memerintahkan ia untuk tetap diam dan membiarkan sang pengetuk pergi setelah menunggunya lama.


Namun semua perintah tersebut tak dapat ia lakukan saat suara ibunya yang terdengar. Wanita setengah baya itu, dari balik pintu kamar Taerin memanggil nama Taerin dan memerintahkan anaknya untuk menghabiskan sarapannya. Selain itu sang ibu juga mengingatkan Taerin akan janji gadis itu untuk mengakhiri hubungannya sebelum dirinya yang akan bertindak.


Taerin berangsur bangkit dari ranjangnya. Gadis itu bergerak menuju pintu kamar dan membukakan pintu tersebut. Saat pintu itu terbuka tampak sang ibu dengan raut yang dingin. Taerin tahu kenapa ibunya bisa menjadi seperti itu. Tetapi gadis itu berusaha untuk tak mengindahkannya.


“Ayo.. Taeho dan ayah telah menunggu.” Ujar Nyonya Byun.


Wanita itu lantas meninggalkan Taerin. Ia turun menuju ruang makan terlebih dulu dan membiarkan Taerin berjalan mengikutinya di belakang.


Suasana meja makan berubah menjadi sedikit mencekam saat Taerin tiba. Gadis itu dengan masih mengenakan pakaian tidurnya mulai menyantap hidangan yang telah tersaji di piringnya tanpa menggubris sosok ayah dan kakaknya yang telah berada di sana lebih dulu.


Keempatnya, baik ayah, ibu, Taeho, dan Taerin, menyantap makanan mereka tanpa mengatakan satu patah kata pun. Antara menikmati cita rasa makanan tersebut, atau tengah menjaga keadaan agar tak berubah menjadi lebih buruk lagi. Entahlah.. yang pasti hanya suara hantaman antara piring dan peralatan makan yang terdengar memenuhi ruangan tersebut.


Tanpa terasa, makanan yang berada di piring keempatnya telah habis. Taerin yang telah menyelesaikan makannya lebih dulu bersiap untuk kembali ke kamarnya. Namun sang ibu berhasil menginterupsi keinginan gadis itu dan membuat Taerin kembali menduduki kursinya.


“Untuk hari ini ibu mengizinkan mu untuk tidak datang ke kampus, tetapi tidak untuk esok hari.”


Taerin hanya menganggukan kepalanya. Ia tak berniat untuk membalas ucapan sang ibu. Yang ada dibenaknya kini hanya segera kembali ke kamar.


Taerin hendak bangkit tapi lagi-lagi Nyonya Byun menghalangi niatnya.


“Temui dia hari ini atau ibu yang akan menemuinya.” Ujar Nyonya Byun tenang. Wanita berusia 40 tahunan itu lantas bangkit meninggalkan ruang makan sekaligus meninggalkan Taerin yang masih begitu terkejut karena ucapannya.


Jika kalian berpikir Nyonya Byun adalah ibu yang jahat, kalian salah! Karena menurut wanita itu, apa yang ia lakukan semua itu demi kebaikan Taerin. Demi masa depan anak gadisnya. Walau ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya terlalu menyakiti hati Taerin.



o  O  O  O  o



Taerin kembali memastikan ponselnya. Ia takut kalau pesan yang telah dikirimnya dan menurutnya telah terkirim ternyata malah tidak terkirim. Pasalnya ia telah menunggu kedatangan sang penerima pesan hampir satu jam.


Segelas orange juice telah ia sesap setengahnya tapi sosok tersebut tak kunjung juga datang. Bahkan kendaraan pribadinya pun belum juga terlihat di area parkir café.


Taerin mengembuskan nafasnya. Gadis itu pun kembali memastikan ponselnya. Melihat pada jam analog yang terpasang serta memastikan adakah pesan masuk atau panggilan tak terjawab dari sosok tersebut.


Saat perasaan gusar semakin menggelayuti benak Taerin. Pandangan gadis itu tiba-tiba saja menjadi gelap. Ia hendak memberontak. Namun aroma parfum yang tiba-tiba saja terhirup oleh hidungnya malah membuat seulas senyum terpatri di wajahnya.


Ya.. Taerin tahu siapa pemilik aroma parfum tersebut. Aroma yang sangat dan akan selalu ia rindukan. Aroma yang menenangkan tapi secara bersamaan akan menjadi begitu maskulin.


“Aku tahu ini kau Minhyuk-aa.” Ujar Taerin


Sosok itu lantas melepaskan tangannya yang menutupi mata Taerin. Ia kemudian menempatkan dirinya pada kursi di seberang gadisnya itu dengan wajah yang ia buat kesal.


“Bagaimana kau bisa tahu?” Tanya Minhyuk dengan mulut yang mengerucut seperti  seekor bebek.


“Tentu saja aku tahu! Memangnya apa yang tidak aku ketahui tentang pria tampan di hadapan ku ini.” Balas Taerin dengan sedikit menyombongkan dirinya. Tangannya ia lipat di depan dada dan alisnya bergerak naik saat mengatakan kalimat itu.


“Sangat pandai berkata-kata sekali kekasihku ini.. belajar dari siapa, eo?” Ledek Minhyuk.


“Tentu saja dari kekasihku. Dia kan pria dengan berjuta kata manis.” Tak mau kalah, kini Taerin yang meledek Minhyuk.


Keduanya pun tertawa. Rasanya sudah sangat lama untuk Taerin dan Minhyuk bercanda seperti saat itu. Saling melempar canda, ledekan, bahkan pujian.


Keduanya pun larut dalam kebahagian mereka. Taerin dan Minhyuk seeprti lupa akan orang lain di muka bumi ini. Layaknya ungkapan dulu, ketika kalian merasa senang dengan pasangan kalian dunia ini bagaikan milik berdua, sedang orang lainnya hanya menumpang.


Ya itulah yang tengah terjadi. Taerin dan Minhyuk begitu larut dalam kebahagiaan sederhana yang keduanya buat. Bahkan kebahagian mereka kali itu mampu membuat Taerin melupakan masalah pelik yang tengah membelitnya. Tak hanya itu saja, ia yang sebelum kedatangan Minhyuk tengah berusaha menyusun kata-kata seketika lupa dengan apa yang telah ia pikirkan.


“Apakah kau tidak ada kelas atau dosenmu tidak hadir lagi sampai-sampai kau meminta bertemu?” Tanya Minhyuk yang tengah menikmati makan siangnya.


Pria itu melirik sekilas pada Taerin yang langsung menyesap minumannya.


“Aku tidak pergi ke kampus.”


“Kenapa? Tidak biasanya kau mangkir dari jadwal kuliahmu. Apakah ada masalah?” Tanya Minhyuk lagi dengan agak khawatir.


Pria itu menghentikan kegiatan makannya. Ia mencoba mengamati Taerin. Ia merasa aneh dengan gadis itu. Masalahnya Taerin tak pernah melakukan hal seperti itu, bolos dari kelas, sekali pun gadis itu sedang dalam perasaan yang buruk.


“Tidak ada apa-apa, aku hanya sedang malas saja. Sudah lanjutkan makanmu..”


Minhyuk pun berhenti memandangi Taerin. Ia kembali melanjutkan kegiatan makannya walaupun di dalam benaknya ras apenasaran masih terus berkembang.


Tak terasa kini keduanya telah berhasil menghabiskan makan siang mereka. Raut puas akan hidangan yang disajikan terpancar dari wajah keduanya. Namun tiba-tiba otak Taerin kembali mengingatkan gadis itu akan tujuannya meminta Minhyuk bertemu.


Seketika tangannya menjadi mendingin. Nafasnya terasa sesak. Serta jantungnya yang seakan berhenti berdetak.


Taerin menjadi begitu gusar dan bingung. Semua kata-kata yang telah ia pikirkan seketika menjadi buyar. Bahkan kini mulutnya begitu kelu sekalipun itu untuk menyebut nama Minhyuk.


“Taerin-aa, apakah kau baik-baik saja? Kenapa kau mendadak pucat?” Tanya Minhyuk yang melihat perubahan pada wajah Taerin.


Gadis itu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Ia belum siap untuk mengatakan semuanya pada pria yang begitu dicintainya. Ia tak mau hubungannya berakhir hanya karena rencana perjodohan orang tuanya. Tapi ia juga tak mungkin menolaknya karena pada akhirnya perjodohan tersebut akan tetap dilakukan walaupun tanpa persetujuan darinya.


“Oh iya, coba kau lihat ini..” Ujar Minhyuk sembari menyodorkan satu buah majalah kehadapan Taerin.


Gadis itu mengambil majalah tersebut. Kemudian melirik sekilas pada Minhyuk dengan menunjukan tatapan apa ini? pada Minhyuk.


“Coba kau baca sampul majalah itu dengan baik.”


Mata gadis itu akhirnya kembali pada majalah yang ia pegang. Ia kemudian membaca setiap deret huruf yang tertulis pada sampul tersebut. Dan ketika matanya telah menemukan apa yang dimaksud oleh Minhyuk, gadis itu pun langsung menatap pria itu dengan mata berbinar.


“Minhyuk-aa.. kau....”


“Iya.. aku akan mendesain untuk pagelaran akhir tahun! Aku dan timku yang akan melakukannya.”


Mendengar itu, Taerin langsung bangkit dari duduknya. Ia mendekat pada Minhyuk dan langsung memeluk tubuh pria itu erat.


Ia merasa senang. Sangat senang. Ia tak menyangka bahwa salah satu mimpi Minhyuk akan dapat diwujudkan dalam waktu hitungan bulan saja.


“Selamat Minhyuk-aa. Aku bangga pada mu.”


“Terimakasih..” Balas Minhyuk.


Pria itu melingkarkan tangannya pada pinggang Taerin. Membenamkan wajahnya pada helaian rambut gadis itu.


Namun saat adegan manis serta membahagiakan itu tengah terjadi. Tiba-tiba saja seseorang datang dan langsung menarik Taerin agar menjauh dari Minhyuk. Taerin begitu terkejut saat pelukannya terlepas. Begitu pula dengan Minhyuk yang langsung menyoroti sosok tersebut dengan tajam.


“Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini??!” Tanya Minhyuk emosi.


Pria itu akan kembali menarik Taerin untuk menjauh dari sosok itu dan berada di sampingnya. Namun tangannya langsung ditepis oleh sosok tersebut.


“Apakah kau belum mengatakanya pada pria ini? Hei Byun Taerin, kau sudah berjanji.”


Taerin tak mampu mengatakan apa pun. Ia masih begitu terkejut dengan kehadiran sosok itu. Terlebih kini Minhyuk tengah menatapnya dengan tatapan menuntut penjelasan darinya.


“Taerin ada apa sebenarnya? Apakah kau mengenal pria ini?” Tanya Minhyuk. Perasaan bingung serta penasaran yang ia miliki kini tengah berbaur menjadi satu hingga membuat ia tak tahu perasaan macam apa yang tengah ia rasakan saat ini.


“Taerin.. kau dengarkan. Kekasihmu bertanya pada mu. Apakah kau tidak mau menjawabnya?” Tanya sosok tersebut pada Taerin yang masih diserang rasa terkejut.


“Baiklah kalau begitu, biar aku saja yang menjelaskannya pada pria ini.”


Sosok tersebut melangkahkan kakinya, sedikit maju agar bisa menatap langsung wajah Minhyuk. Ia kemudian mengulurkan tangannya bermaksud menjabat tangan Minhyuk. Namun Minhyuk menepisnya dan malah menatap pria itu dengan sengit.


“Siapa kau? Apa hubungan mu dengan Taerin??”


“Namaku Song Mino. Aku dijodohkan oleh Taerin dan bulan depan kami akan melangsungkan pertunangan. Aku datang kesini untuk menjemput calon tunanganku. Tetapi saat aku datang, aku malah melihat kalian dan aku berspekulasi kalau hubungan kalian belum berakhir karena Taerin belum mengatakannya.”


Mino, pria itu menjelaskan semuanya dengan lantang dan lancar. Bahkan terlalu lantang hingga membuat Taerin meremas tangan pria itu, dan membuat Minhyuk sangat terkejut.


“Apa yan kau katakan? Dijodohkan??” Tanya Minhyuk yang mencoba untuk memastikan kembali apa yang baru saja didengarnya.


“Ya kami dijodohkan. Perjodohan untuk menyatukan bisnis keluarga. Dengan kata lain, sampai kapan pun Taerin tidak akan bisa lepas dari ku. Dan berarti, kau harus merelakan hubungan mu dengan Taerin berakhir Lee Minhyuk.”


Minhyuk semakin terkejut. Ia belum bisa menerima semua penuturan tersebut kalau ia tidak mendengar langsung dari mulut Tarin. Dan hal itulah yang mendasari Minhyuk untuk menghampiri Taerin yang tengah menunduk dengan isakan kecil yang dapat ia dengar dengan cukup jelas.


Minhyuk mengangkat wajah Taerin. Ia kemudian menyekah air mata gadis itu.


“Taerin katakan padaku, apakah semua ini benar?” Tanya Minhyuk. Suaranya bergetar. Matanya memerah. Dan kemudian setitik air mengalir dari matanya.


Taerin tak menjawabnya. Mulutnya begitu kelu. Yang saat ini bisa ia lakukan hanya menangis dan menundukan kepalanya. Ia.. ia tak sanggup menatap Minhyuk. Menatap mata penuh kasih sayang yang beberapa saat lalu berubah menjadi kesedihan dan kekecewaan.


Melihat reaksi Taerin, Minhyuk tahu jawaban atas pertanyaanya. Ia pun langsung mengambil tasnya dan meninggalkan tempat tersebut. Sejujurnya ia tak ingin meninggalkan Taerin yang tengah menangis. Tetapi rasa sakit yang ia rasakan serta kenyataan yang tengah ia hadapi tak membiarkan dirinya untuk tetap berada di sana.


Sepeninggal Minhyuk, Taerin langsung jatuh terduduk. Kakinya sudah begitu lemas dan tak mampu lagi menopang bobot tubuhnya. Selain itu perasaannya yang seperti dicabik membuat ia juga tak mampu berdiri karena tubuhnya yang tengah bergetar dengan hebat.


“Sudahlah berhenti menangis. Lebih baik sekarang kau berdiri dan ikut dengan ku.” Ujar Mino dingin.


Pria itu sama sekali tak mengerti keadaan Taerin. Ia seakan lupa bahwa beberapa saat yang lalu dirinya baru saja membuat hubungan Taerin dan Minhyuk berakhir. Dan itu berarti dia baru saja membuat luka dihati gadis itu.


“Ayo..”


Untuk kedua kalinya Mino berusaha mengajak Taerin pergi. Namun gadis itu masih belum bisa meninggalkan tempat tersebut. Tubuhnya masih begitu lemah untuk mengikuti apa yang dikatakan Mino. Bahkan air matanya juga belum dapat ia hentikan.


“Ayolah Byun Taerin! Jangan menjadi seperti anak kecil.”


Taerin tak menggubris ucapan Mino yan terdengar kesal. Persetan dengan kekesalan pria itu. Ia tak peduli!


Rasa sabar yang dimiliki Mino sudah mulai habis. Pria itu sudah kesal karena Taerin yang tak kunjung bangun dan menghentikan tangisnya. Ia pun langsung mengambil tas tangan Taerin yang berada di kursi, kemudian dengan tanpa aba-aba ia langsung menarik tangan Taerin.


Taerin meronta. Ia tak ingin meninggalkan café itu. Ia tak ingin pergi dengan Mino. Hatinya masih begitu sakit. Seperti baru digores dengan pisau dan membuat hati gadis itu kini menganga dengan darah yang mengalir. Ia tak ingin membuat perasaannya semakin hancur karena mengikuti pria itu.


“Berhenti meronta karena kau sendiri yang akan merasa sakit!” Hardik Mino.


Pria itu pun kembali melangkah pergi. Namun lagi-lagi Taerin kembali meronta dan membuat Mino menjadi naik pitam. Mino semakin mengeraskan genggamannya yang membuat gadis itu melenguh saat merasakan rasa nyeri pada persendian tangannya.


“Sakit..”


“Ini salah mu. Kau yang memaksa ku untuk melakukan ini.”


“Lepaskan tanganku. Sakit sekali Song Mino..” Pinta Taerin lirih.


“Tidak. Ayo jalan.”


Sesampainya keduanay di mobil Mino, pria itu langsung menekan tombol kunci dan membukakan pintu penumpang untuk Taerin. Awalnya gadis itu tak ingin menuruti perintah Mino, tetapi benatakn pria itu untuk segera masuk ke dalam membuat nyali Taerin berangsur menciut hingga membuat Taerin langsung menuruti perintahnya.


Mino kembali menutup pintu penumpang. Ia kemudian berjalan setengah memutar. Membuka pintu pengemudi. Masuk ke dalam. Menghidupkan mesin. Setelahnya ia mulai mengendarai mobilnya itu menuju jalan utama.


“Kita akan kemana?” Tanya Taerin.


Gadis itu masih terus memperhatikan jalan. Ia mencoba menebak tempat yang akan dituju oleh Mino. Yang pasti tempat tersebut bukanlah rumahnya. Karena saat meninggalkan café tadi, Mino membelokkan mobilnya ke arah yang berlawanan dengan rumah Taerin.


“Cepat jawab atau aku akan loncat!” Ancam Taerin.


Gadis itu sudah bersiap-siap untuk membuka pintu mobil. Namun Mino malah membuat tubuhnya terlempar ke depan dan nyaris membuat kepalanya terbentur dashboard andai saja tak ada seatbelt yang melindungi tubuhnya.


“Kita akan pergi ke butik, apa kau puas?”


“Butik? Untuk apa? Tanya Taerin.


Gads itu bingung saat mendengar jawaban Mino. Pergi ke butik? Memangnya ada kepentingan apa sampai ia harus pergi?


“Apa lagi kalau bukan mencari gaun yang akan kau kenakan saat pesta pertunangan kita sayang..”


Mino mengangkat tangannya. Membelai lembut pipi Taerin. Namun Taerin langsung menghentikannya dan balas menatap Mino sengit.


“Kau baru saja membuat hubunganku berakhir, dan sekarang kau mengajak ku ke butik untuk mencari gaun. Kau gila?? Dimana perasaanmu? Apakah kau tidak mengerti rasa sakit yang-”


Taerin belum dapat menyelesaikan ucapannya tapi Mino langsung menghentikannya dengan menempelkan bibirnya pada bibir Taerin. Awalnya pria itu hanya ingin menghentikan Taerin dari ucapan yang menurutnya tak penting, tapi ia malah larut dalam keadaan yang terasa menyenangkan baginya.


Mino lantas memperdalam ciumannya. Saat Taerin tersadar dan hendak mendorong tubuhnya, tangan pria itu telah lebih dulu melingkar di punggung Taerin dan yang satunya lagi menekan tengkuk gadis itu.


Ciuman yang awalnya hanya sekedar menempelkan kedua bibir saja, berangsur berubah saat Mino mulai mengulum lembut bibir bawah Taerin. Perlahan ia juga mulai mencari akses untuk membuka mulut gadis itu agar lidahnya dapat menemukan pasangannya.


Mino semakin dalam mencumbu Taerin. Sampai-sampai tanpa sadar ia menggigit bibir gadis itu yang langsung membuat Taerin mengerang. Erangan tersebut secara otomatis membuat mulut Taerin terbuka dan hal itu langsung dimanfaatkan oleh Mino dengan memaksakan lidahnya masuk.


Pria itu pun langsung menjelajahi segala sesuatu yang berada di dalam mulut Taerin. Dan ketika ia telah menemukan pasangan untuk lidahnya, Mino pun langsung membuat Taerin menjulurkan lidahnya keluar sehingga ia dapat mengulum lidah gadis itu seperti ia mengulum bibir Taerin.


Taerin mulai kewalahan dengan permainan yang tengah dimainkan oleh Mino. Perlahan pasokan udara yang berada di paru-parunya mulai habis. Hal tersebut membuat Taerin mencengkram pakaian Mino kuat.


Mino pun menghentikan aksinya dan menjauhkan wajahnya dari wajah Taerin beberapa senti. Ia menarik nafasnya dalam-dalam begitu pula dengan Taerin. Gadis itu masih berusaha memenuhi paru-parunya yang sudah kehilangan volume dengan udara disekitarnya.


“Aku tidak peduli apakah kau baru putus atau tidak Taerin-aa. Yang aku pedulikan kini hanyalah rencana pertunangan kita. Jadi walaupun kau merengek, menangis, atau kau kembali mengancam untuk loncat. Aku tak peduli dan tak akan menggubrisnya.”
 



To Be Continued...





Hallo semua.. Hallo November!
Akhirnya aku dateng setelah anniv GIGS *gila udah 2 bulan guys*


Maaf yaa.. pas Oktober enggak ada salah satu dari kita yang update. Itu terjadi karena kehendak Tuhan. Bukan karena rencana kita. Selain itu juga yaa karena campur tangan para dosen yang begitu baik ngasih tugas dan UTS tanpa henti.


Tapi akhirnya Salsa menjadi pemecah telur di bulan November *thankyou sal*. Kalau Salsa enggak publish mungkin aku enggak kepikiran buat memanfaatkan wifi kampus dan mengisi waktu menunggu kelas di jam 4 dengan mengupdate ff.


Oke, intinya aku mau minta maaf karena ke kosongan GIGSEnt, dan maaf juga baru bisa update part 3nya sekarang padahal part 2nya udah dari lama. Dan semoga kalian senang dengan part kali ini.

See you guyss.. sampai bertemu setelah UAS dan tugas selesai *tapi kalau ada kesempatan buat publish pasti diusahakan* (p.s: Sal ditunggu loh Dear My Rival nya).....감사합니다 ^^

Comments

Popular Posts