Hello Chingu - Part 1




Main Cast: Jung Cheonsa – Bang Minsoo
Minor Cast: Song Hyerin – Bang Yongguk – Kim Namjoon (BTS Rap Monster)
Genre: Romance, Friendship
Rating: PG – 17




Bienvenue á Paris

Selamat datang di Paris!



                                          
Walau sudah sampai sejak pagi tadi, Cheonsa baru sempat melihat-lihat kota Paris pukul enam sore. Tubuhnya kelelahan setelah menempuh perjalanan panjang dan mengantri untuk pengecekan paspor. Ia dan Hyerin ambruk di kamar hostel dan baru sadarkan diri lima jam kemudian.





Ia menghentikan langkahnya, menyerap sensasi baru di sekitar. Matanya berbinar-binar begitu menemukan bangunan besi yang tampak gagah, lambat laun terlihat lebih jelas. Mulutnya menganga lebar, dadanya diliputi rasa takjub. Angin malam, kelap-kelip cahaya lampu, suara tawa dari sana-sini, dan bangunan yang menjadi simbol global kota Paris.




Menara Eiffel!!
                                                                       




Cheonsa kegirangan sendiri, buru-buru ia merogoh tas selempangnya dan mengeluarkan kamera digital. Mengambil gambar menara besi itu dengan posisi sebagus mungkin, kemudian ia pun kerepotan memotret dirinya bersama menara tinggi itu. Sebenarnya ia bukan tipikal orang yang hobi berfoto, namun ia sengaja memotret dirinya untuk dipamerkan pada Hara, Nayoung, dan Sora.





Lagipula melihat menara Eiffel itu bukan hal yang bisa ia lakukan setiap hari, jadi Cheonsa mengambil gambar sebanyak-banyaknya. Berhubung Hyerin sedang mencari pacarnya, terpaksa ia hanya mengambil foto selfie. Sebenarnya bisa saja ia meminta bantuan pada orang lain, tapi mengingat ia tidak bisa berbahasa prancis dan juga karena rasa waspada terhadap orang jahat ia pun berpuas diri hanya dengan ber-selfie.





“Cheonsa!”





Hyerin melambai dari kejauhan, langkah perempuan itu mirip kelinci kegirangan. Senyumnya lebar dan wajahnya bersemu-semu. Pasti Song Hyerin merasa sangat girang bertemu pacarnya setelah sekian lama menjalankan hubungan jarak jauh.





Hyerin menggandeng seorang pria berwajah asia dengan kulit kecokelatan, nampak agak menyeramkan tapi pria itu tersenyum, membuat kesan seram itu pupus begitu saja.





Now, meet my partner in crime, the one and only, Jung Cheonsa!”





Cheonsa menjabat tangan pria itu, mengulas senyum sambil menyebutkan namanya.






“Jung Cheonsa.”





“Bang Yongguk, senang bertemu denganmu. Cheonsa-ssi.” Pria itu tersenyum lagi, kemudian merangkul Hyerin yang langsung memeluk pinggangnya dengan manja.





Cih, membuat orang mual saja. Cheonsa berdecak, membuat Hyerin menatapnya geli.





“Begini, aturan pertama liburan kita kali ini adalah tidak boleh ada sapaan formal. Ayolah santai sedikit,” ujar Hyerin semangat.





Perempuan itu menatap kekasihnya dengan penuh harap, lagi-lagi Bang Yongguk tersenyum yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.





Cheonsa rasa cerita-cerita Hyerin tentang Bang Yongguk si pria menggemaskan memang benar adanya. Lihatlah cara pria itu memperlakukan Song Hyerin yang begitu kekanakan dan manja, pria itu kelihatan sangat sabar. Ia kira Hyerin hanya melebih-lebihkan saja selama ini.






Ngomong-ngomong liburan musim panasnya kali ini agak berbeda dari biasanya. Tidak ada ketiga sahabatnya, tidak ada acara DVD maraton di rumah Hara atau liburan bersama kedua adiknya. Kali ini Cheonsa mengambil keputusan agak ekstrim, ia menyetujui ajakan Hyerin untuk melakukan Eurotrip bersama.





Sebenarnya Hyerin sudah menawarkan ajakan itu dari dua musim panas yang lalu, tapi ia selalu menolak dengan alasan tidak punya cukup uang dan malas bergerak. Well, alasan kedua sih yang lebih tepat. Cheonsa memang manusia yang tidak begitu suka melakukan banyak aktivitas di musim panas.





Namun dua bulan yang lalu tiba-tiba saja ia terpikir untuk berpergian jauh, kebetulan waktu itu Hyerin sedang mengeluh tentang Bang Yongguk yang masih saja betah berlama-lama di Jerman. Akhirnya mereka melakukan banyak diskusi, mencari banyak referensi dari sana-sini sampai liburan ini pun terusung.





Hyerin sudah menghubungi Yongguk sejak jauh-jauh hari, menyuruh pacarnya yang bekerja di biro perjalanan itu untuk mengurus semua kebutuhan mereka. Penginapan, tempat-tempat yang harus dikunjungi, dan tentunya tempat makan yang patut didatangi.





Yeah, dan semuanya beres. Sesuai dengan perjanjian, mereka bertemu di Paris karena kebetulan pria itu sedang ada pekerjaan di sini.





 “Kau mendengarku tidak, sih?”





Cheonsa berjengit, suara melengking Hyerin memang sangat mengganggu.





“Kita akan pergi makan malam di kafe dekat sini,” ulang Hyerin dengan kesal.





Cheonsa merasa tidak enak, ia hanya tersenyum kaku. Semoga Bang Yongguk tidak mengiranya memiliki gangguan berpikir.





“Ayo, teman-temanku pasti senang bertemu dengan kalian,” ujar pria itu.






Yongguk melangkah duluan, sementara Hyerin menuntun Cheonsa, lebih tepatnya memeluk lengan Cheonsa dengan sangat-amat erat.





“Sakit, tahu,” protes Cheonsa.





“Aku takut kau hilang.”




****  





Cheonsa tersenyum canggung, menanggapi uluran tangan dari orang yang berbeda. Ternyata perjalanan mereka kali ini diikuti oleh banyak orang. Yongguk sedang memandu rombongan turis dan memasukkan ia serta Hyerin ke dalam kelompok itu. Jujur saja kenyataan itu agak buruk. Namun kabar baiknya, semua rombongan itu berasal dari korea.





Cukup baik, kan?






Di dalam kafe, ia duduk di sebelah Hyerin dengan mata waspada dan senyum formal yang tak kunjung dilepas. Ada sebelas orang anggota rombongan perjalanan kali ini, ditambah tiga orang pemandu, dan tambahan dua orang turis tak dikenal bernama Jung Cheonsa dan Song Hyerin.







Mereka duduk di dua meja terpisah, Hyerin dan Cheonsa merasa cukup lega karena tidak ditempatkan bersama rombongan itu. Jujur saja mereka itu berisik sekali, membuyarkan ekspektasi liburan menyenangkan yang dibayangkan Cheonsa dan Hyerin.





Ketika makanan disajikan, suara-suara mengobrol merendah yang kemudian berganti dengan suara dentingan alat makan. Cheonsa menatap makanannya dengan puas, menghirup aromanya yang menggoda.






“Tenang, ia pasti akan datang. Sekarang duduk dan nikmati saja makan malamnya. Kau tidak lihat pacarmu sudah gusar dari tadi.”






Memang sejak mereka sampai di kafe, Yongguk tak berhenti kelihatan cemas. Ia terus bolak-balik mencari salah satu rekannya yang belum juga datang. Untung Namjoon–rekan Yongguk lainnya–mengingatkan pria itu untuk mengisi perutnya dulu.






Hyerin pun terlihat khawatir, namun Yongguk dengan mudah meyakinkan kekasihnya yang super berlebihan itu.






Semuanya baik-baik saja, honey.





Yuckss..





“Anak itu memang suka menghilang tiba-tiba, tapi tenang saja ia akan muncul tiba-tiba juga kok,” kata Namjoon menyambung cerita Yongguk tentang rekan mereka yang punya hobi menghilang itu.






Rupanya Yongguk, Namjoon, dan pria yang hobi menghilang itu merupakan perintis usaha biro perjalanan sekitaran Eropa khusus untuk turis Korea, jadi tidak heran melihat semua anggota rombongan mereka orang korea.






Seingat Cheonsa dari cerita Namjoon sepanjang makan malam tadi, awalnya mereka bertiga hanya tiga orang korea yang tak saling kenal dan tak sengaja bertemu di salah satu kafe dekat kampus mereka. Mereka baru berinteraksi ketika Namjoon diserang sekelompok remaja kulit putih. Saat itulah Yongguk dan rekannya menolong Namjoon. Setelah kejadian itu akhirnya mereka berteman dan merintis usaha bersama.






Well, Namjoon bilang sebaik apapun orang-orang asing padamu, orang-orangmu jauh lebih baik.






Makan malam pun tak terasa karena obrolan seru mereka. Namjoon merupakan anggota paling muda dan memiliki selera humor yang menyenangkan, sementara Yongguk adalah si pria cerdas yang bertato tapi sering sekali tersenyum.






“Dari tadi Namjoon melihatmu terus,” goda Hyerin sepanjang perjalanan mereka kembali dari toilet.





Semua orang sudah menunggu di luar, berkumpul dengan tenang dan membicarakan betapa lezat dan murahnya makanan yang mereka makan. Tak jauh dari rombongan itu, terlihat Namjoon, Yongguk, dan satu orang lagi yang berdiri memunggunginya. Terdengar suara tawa Namjoon yang pecah bersama tawa lain.





“Kurasa perjalanan kali ini akan menjadi awal yang baik untuk kau dan–“




“Ayo kuperkenalkan dengan CAP.”






Cheonsa segera menyikut Hyerin, Namjoon baru saja menghampiri mereka dan mengajak untuk berkenalan dengan seorang pria bernama CAP. Oh, mungkin si pria yang punya hobi menghilang itu bernama C-A-P.





“Ini dia, the troublemaker CAP! Dan CAP, ini Hyerin dan di sebelahnya Cheonsa.”






Hyerin langsung menjabat tangan pria bernama CAP, membalas ulasan senyum selamat datang yang menawan itu. Andai Yongguk berbuat macam-macam, Hyerin bersumpah akan lari dengan pria di depannya.





“Cheonsa?”





Gadis itu masih menunduk, jemarinya masih berlarian mengetuk kombinasi huruf di layar ponselnya. Huh, ibunya baru saja mengirim pesan.






‘Sudah makan malam? Jangan sampai lupa, oiya hati-hati’ yang dibalasnya ‘Sudah, jangan khawatir Bu. Aku akan baik-baik saja, promise 






Ia memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas selempang, menyengir hambar begitu sadar semua orang menatapnya. Namun mulutnya langsung terkatup rapat, matanya terbelalak lebar saat menemukan sosok di hadapannya.






Pria yang sama, meski tidak persis sama. Pria dengan senyum yang sama, walau warna kulitnya agak lebih gelap dari terakhir kali mereka bertemu.






Pria itu menatapnya dengan geli sama seperti sebelumnya, namun tato-tato di lengannya membuat Cheonsa tak bisa menatap pria itu dengan cara yang sama.





“Tidak menyangka bertemu denganmu di sini,” ujar pria itu sambil mengacak rambutnya.





Pria itu, Cheonsa menahan napas dan hanya bisa menatap kepergian pria itu dengan tubuh kaku. Yongguk dan Namjoon mengekori pria itu, bertanya-tanya apakah mereka pernah bertemu sebelumnya.






Cheonsa masih menatap tak percaya, bahkan mengelus puncak kepalanya sendiri untuk memastikan. Tujuh tahun yang lalu pria itu tidak akan berani menyentuh kepalanya.





“Kau kenal Bang Minsoo? Darimana? Halo, Cheonsa!”





**** 







Besok paginya mereka berkemas, buru-buru bergegas agar tidak ketinggalan kereta. Karena ia dan Hyerin masuk dalam rombongan, maka mau tidak mau mereka harus mengikuti rencana perjalanan yang sudah dirancang oleh Yongguk dan timnya.







Padahal Cheonsa masih ingin menikmati pesona kota Paris. Tadi malam mereka hanya sempat mengunjungi L’Arc de Triomphe, gerbang raksasa yang merupakan salah satu daya tarik kota paris. Lalu mereka berjalan di deretan pertokoan elit di sekitar Champs Elysees.





Tapi biar bagaimanapun ia harus berpuas diri. Sudah bagus Yongguk mau menerima tambahan anggota dalam rombongannya.




Mereka naik kereta cepat Thalys menuju Amsterdam. Ia dan Hyerin duduk bersebelahan dan gadis itu tidak berhenti bicara, seolah stok pembicaraan sudah ia siapkan khusus dari jauh-jauh hari untuk perjalanan kali ini.





“Kata Yongguk oppa, Minsoo masih tak percaya bisa bertemu denganmu. Pria itu terus menanyakan dirimu. Sebenarnya seperti apa hubungan kalian dulu?” lanjut Hyerin bersemangat.




Padahal semalam ia sudah menceritakan semua hal yang berkaitan dengan Bang Minsoo (hanya semua hal yang ia ketahui tentang Bang Minsoo, sih). Mereka pernah sekolah di tempat yang sama, sekolah menengah atas Gwangyeon dan pernah juga berada di kelas yang sama.




“Teman sekelas?”





Hyerin langsung meninju lengannya.





“Tidak ada yang istimewa begitu? Apa perlu aku panggil Bang Minsoo untuk memastikan?”





“Bisa tidak, kita menikmati perjalanan ini dengan tenang? Aku lelah sekali. Aku sudah menceritakan semuanya semalam,” protes Cheonsa. Ia mulai mengubah posisi, lebih baik ia menghabiskan waktu perjalanan untuk tidur daripada menanggapi deretan pertanyaan Hyerin yang tidak ada habisnya.





“Hanya begitu saja? Minsoo itu anak pendiam, cukup pintar, misterius, sopan? Ayolah, bercerita lebih banyak! Heh! Jangan tidur!” omel Hyerin.





Seorang penumpang berwajah kaukasia yang duduk di bangku seberangnya berdeham keras, menyuruh Hyerin untuk tidak membuat kegaduhan. Akhirnya Hyerin pun menutup mulutnya, berusaha untuk memejamkan matanya.





Sementara itu Cheonsa tersenyum puas.






Well, ia memang sudah menceritakan semuanya. Semua bagian yang perlu diketahui orang-orang tentang Bang Minsoo. Dan hal-hal seperti Bang Minsoo pernah mengiriminya sebuah surat, bertukar senyum dengannya, berbagi tawa yang hanya mereka berdua saja yang mengerti, bagian-bagian itu tidak Cheonsa ceritakan.






Bagian-bagian itu ia simpan untuk dirinya sendiri.





****







Cheonsa terbangun begitu merasakan tubuhnya diguncang berkali-kali. Ia celingak-celinguk ke luar jendela. Dari jendela di sebelahnya ia bisa melihat kereta yang ditumpanginya akan segera berhenti. Masih dengan wajah bangun tidur dan gerakan canggung, ia merapikan rambut yang menutupi seluruh wajahnya.






“Kita akan menginap di hotel atau hostel?” Cheonsa melepas headset yang masih memutar lagu ‘One Call Away’ milik Charlie Puth.






Sebelum lawan bicaranya menjawab, Cheonsa langsung menjerit kemudian menutup mulutnya sendiri karena malu.






Bukan Hyerin yang tadi membangunkannya, tapi Bang Minsoo atau CAP atau si pemandu wisata yang punya hobi menghilang atau pria bertato banyak atau..






Persetan! Pokoknya, intinya orang itu adalah si Minsoo sialan.





Pantas saja kasar sekali.





Minsoo tidak mengomentari reaksi heboh Cheonsa, pria itu sudah bersiap mengangkat ransel besarnya dengan wajah bosan.





“Cepat bereskan barang-barangmu. Kita akan turun sebentar lagi.”





Benar saja, tak lama setelah itu kereta berhenti. Orang-orang berhamburan keluar, Cheonsa mengekori Minsoo dengan cepat. Sebaliknya Minsoo dengan sabar terus menyempatkan diri untuk menoleh ke belakang, memastikan perempuan di belakangnya tidak hilang.





Beberapa orang dari rombongan sudah berkumpul, menunggu kedatangan yang lainnya. Cheonsa hanya mengangguk dan menjawab pertanyaan dari salah satu orang itu seadanya. Ia masih sibuk mengedarkan pandangannya, mencari Hyerin yang tiba-tiba menghilang.





Minsoo masih sibuk menjelaskan rencana perjalanan mereka pada semua anggota rombongan, kemudian Namjoon pun muncul dari kejauhan, wajahnya serius. Kemudian di belakangnya ada Hyerin dan Yongguk.





Temannya itu hanya tersenyum jahil begitu pandangan mereka bertemu. Awas saja! Mati kau nanti, ucap Cheonsa tanpa suara.





Hyerin hanya bergelayut manja di sebelah Yongguk, menjulurkan lidah sambil menjulingkan mata.





 Lihat saja nanti, ia akan membuat perhitungan pada perempuan menyebalkan itu. Awas saja.






****  







Ternyata mereka tidak menginap di hotel maupun hostel. Mereka menginap di sebuah rumah sederhana yang memiliki tujuh kamar. Rumah sederhana yang benar-benar luas, pikir Cheonsa.





Pemilik itu merupakan teman kuliah Yongguk dan Minsoo, namanya Julie.






Julie menyambut kedatangan mereka dengan hangat, memeluk Yongguk, Minsoo, dan Namjoon bergantian, kemudian menyapa semua anggota rombongan tur. Ia mengajak mereka masuk dan menentukan sendiri kamar yang ingin ditempati.






Yongguk akhirnya membuat pengaturan. Satu kamar akan diisi tiga orang. Cheonsa, Hyerin, dan Miyoung bergabung dalam satu kamar.





Setelah bercakap-cakap dengan Miyoung selagi merapikan baju dan kebutuhan mandi, Hyerin menariknya keluar untuk bertemu dengan Julie, Namjoon, Yongguk, dan Minsoo di ruang tengah.





Suara riang Julie menyambut mereka, menyuruh mereka untuk duduk.





“Sebentar, aku panggilkan pacarku dulu,” Julie pamit begitu terdengar suara pintu depan berdebum.





Cheonsa tak menghiraukan Hyerin yang masih saja mengoceh sambil bergelayut manja di lengan Yongguk. Ia pun menenggak segelas kola, meresapi rasa dinginnya kemudian membeku begitu pandangannya bertemu dengan milik Minsoo.





Everyone, meet my soulmate, Clara!





Julie menggandeng mesra seorang perempuan kaukasia berambut cokelat dengan setelan kaos putih dipadu jins tua yang terlihat nyaman. Tunggu, jadi pacarnya Julie itu seorang perempuan? Juga?





Jadi..




Julie itu…






Cheonsa nyaris memuntahkan kola di mulutnya, beruntung saja Minsoo langsung menepuk-nepuk punggungnya sambil tersenyum geli.





Kemudian mereka bertukar pandang. Pasti ia kelihatan benar-benar konyol.





****







Tadi setelah beramah tamah dengan Julie dan Clara, tiga orang anggota tur mengeluh sakit. Akhirnya Yongguk memutuskan untuk menunda perjalanan mereka hari ini.






Cheonsa keluar dari kamarnya, bosan hanya berada di dalam sana sementara dua rekannya sibuk masing-masing. Hyerin yang sedang pergi bersama Yongguk dan pasangan Julie-Clara (entah kemana), sementara Miyoung tengah sibuk dengan sambungan video call dengan keluarganya.






Tak ada seorang pun keluar dari kamarnya, hanya terdengar kebisingan samar-samar dari tiap kamar. Cheonsa pun duduk di ruang tengah, menghenyakkan tubuhnya di atas busa sofa. Kira-kira apa yah yang bisa ia lakukan sendiri atau lebih tepatnya tempat apa yang bisa ia kunjungi tanpa harus merepotkan orang-orang di rumah itu?





Andai saja kecerdasan spasialnya bagus dan kemampuan membaca petanya mumpuni, pasti ia sudah berkeliaran mengunjungi tempat-tempat yang wajib didatangi.





Perhatiannya tercuri oleh kemunculan suara monolog yang terdengar samar-samar. Ia menoleh, Minsoo baru saja keluar dari kamarnya.





Pria itu sedang berbicara dengan seseorang di ujung telepon. Pandangan mereka bertemu selama beberapa detik, kemudian pria itu mengabaikannya kemudian menghilang di lorong sempit menuju dapur.






Jadi begitu ya cara memperlakukan teman lama?






Seingatnya selama perjalanan, Minsoo tidak memperlakukannya seperti mereka pernah mengenal sebelumnya. Pria itu hanya menatapnya lama, kemudian mengerutkan dahi atau paling-paling tersenyum melihat tingkah canggungnya.






Minsoo tidak memperlakukannya seperti teman lama. Pria itu memperlakukannya seolah-olah ia makhluk aneh yang baru ditemuinya tadi malam di dekat Menara Eiffel.






Oh, mungkin pria itu terbentur di suatu tempat dan kehilangan template ‘kenangan bersama Jung Cheonsa’ sampai-sampai tidak bisa mengingat dirinya. 






Tapi kalau diingat kembali, Minsoo memang tidak pernah memperlakukannya dengan amat spesial.





Mungkin mereka pernah berbagi rasa yang sama, tapi yang Minsoo lakukan hanyalah mengirim senyum rahasia, surat rahasia, bisikan ‘selamat pagi’ atau bisikan-bisikan lainnya yang juga rahasia, atau menyentuh pundaknya dengan gerakan senatural mungkin sampai tidak seorangpun menyadarinya.






Mereka tidak banyak bicara secara langsung, pembicaraan seperti itu hanya terjadi selama kegiatan di kelas. Jadi, kenapa ia mengharapkan sesuatu yang lebih dari Bang Minsoo? Bahkan setelah bertahun-tahun lamanya tidak saling bertemu? Serius?





Kemudian Minsoo muncul lagi dari arah dapur, sengaja mendehamkan suaranya dengan volume besar.




Cih, tukang cari perhatian, pikir Cheonsa.




Cheonsa tak menanggapi, ia pura-pura sibuk dengan ponselnya. Garis bawahi, hanya pura-pura. Sebenarnya ia berharap Minsoo yang menyapa duluan.





“Hyerin dan Yongguk akan pulang nanti sore, di kamar ada Namjoon sedang tidur. Kau bisa membangunkan anak itu kalau butuh sesuatu,” kata Minsoo sambil berlalu.





“Mau pergi kemana? Menyusul Hyerin?”





Pria itu berhenti seketika, menatapnya dengan ragu-ragu. Ponsel di tangannya terus saja diputar-putar.





“Tidak. Cuma mau cari udara sebentar,” tanggapnya dengan ungkapan yang kurang jelas.




Serius, pria ini mabuk ya? Pikir Cheonsa curiga.






“Memangnya di sini tidak ada udara, ya? Aku bisa bernapas kok.” Cheonsa menarik napas dalam-dalam dengan mode berlebihan, membuat Minsoo memutar mata dengan jengah.





Pria itu hanya berdecak, kemudian berlalu begitu saja. Menghilang setelah menuruni empat undakan kecil menuju lorong yang terhubung ke pintu keluar.




“Begitu saja? Padahal kan–“



“Kau mau ikut?”





Cheonsa menatap canggung pria di balik tembok besar dekat undakan. Oke, sejak kapan Minsoo ada di sana?




“Ayo sini! Sebelum aku berubah pikiran!”
 



“Sebentar aku ganti baju dulu!” Cheonsa melompat dari sofa, nyaris mendorong pintu kamarnya namun Minsoo menghentikannya.



“Tidak perlu ganti baju segala, kita cuma cari udara saja kok!”





TBC




Oke..cek 1….2….3….
Halo semuanya…kita ketemu lagi yah..akhirnya..
Oke…ini adalah ff. sebuah ff eksperimen tpi aku serius kok sama ff ini. mungkin agak aneh juga ngeliat castnya. Bang Minsoo dan Jung Cheonsa!!!

Tapi gitu deh idenya dateng gitu aja. Aku ga bisa nolak ide kan…
Dan plis…give it try.. mungkin yah agak aneh gak ngeliat Cheonsa bareng Kris, tapi percayalah segala sesuatu bisa terjadi di dunia ini. beri kesempatan untuk cerita ini, I’ll do my best.. the best I can do… *asik*

Dan…pantengin terus dan tungguin kelanjutannya. Aku gak tau nih mau publish dua minggu lagi atau gimana. kita liat aja.. di laptop sih sampe detik ini udh ada 5 part. Doain aja aku khilaf dan publish tiga hari sekali. 

Ya udah itu aja… well, give ur bless for this new couple. Hidup Minsoo-Cheonsa!! Hidup Minsoo-Cheonsa!! Hidup Minsoo-Cheonsa!!




See you,


GSB

Comments

Popular Posts