JOURNEY OF LOVE THE SERIES : Mysterious Sight - Chapter 1












 Cast :
  • ·         Kim Sora ( OC )
  • ·         Huang Zhi Tao ( Tao )
  • ·         Park Gyuri( OC ) 
  • ·         Cho Nayoung ( OC )
  • ·         Lee Hara( OC )
  • ·         Han Ji Eun( OC )
  • ·         Jung Cheonsa( OC )
  • ·         Park Chanyeol ( Chanyeol )





AUTHOR POV




Segerombolan gadis muda tengah duduk bersama, membicarakan hal-hal ringan di sela-sela jadwal kuliah mereka yang cukup padat dan menyita sebagian besar waktu mereka. Pembicaraan hanya berputar pada topik-topik yang tak luput diperbincangkan oleh gadis remaja lainnya, apalagi kalau bukan seputar artis idola.



“ Aisshh…Leeteuk oppa itu paling tampan! Aku heran kenapa kalian tidak menyukainya,” Protes salah satu dari gerombolan itu. Meski gadis itu sudah menyanggah opininya berulang kali, tapi tetap saja ia kalah telak. Biar bagaimanapun satu banding lima bukanlah pertarungan yang ideal.





“ Sudahlah! Kenapa kita malah jadi membahas hal seperti ini? Bukankah setiap orang mempunyai pendapat masing-masing?” ucap gadis lainnya mencoba menengahi perseteruan kecil diantara teman-temannya.


“ Betul itu! Aku setuju dengan Hara!” gadis yang dari tadi terus dipojokkan kini merasa merdeka setelah mendengar temannya ini berpihak padanya.


“ Baiklah, kau selamat kali ini Han Ji Eun,” Gumam gadis lain sembari menyesap minumannya. Sontak gadis bernama Han Ji Eun mendesis kesal pada temannya yang satu itu.



“ Oh ya, kudengar mahasiswa pindahan dari Qingdao itu akan pindah ke kelas kita,”  Ujar seorang gadis bernama Cho Nayoung yang mengundang begitu banyak reaksi dari temannya lain.


Jinjja? Ah… berarti sebentar lagi kita akan menyaksikan sebuah drama mengharukan. Bertemu kembali dengan teman kecil yang sudah tak ditemui selama lima tahun. Bukankah sangat menarik?” oceh gadis bernama Jung Cheonsa sembari melempar pandangan jahil ke arah gadis lain bernama Kim Sora.


Sontak gadis bernama Kim Sora itu kini menjadi pusat perhatian diantara gadis-gadis tersebut. Mereka memandang gadis tersebut, dan tak lama kemudian terkekeh pelan seolah sedang menggoda gadis yang sedang mereka pandangi.



“ Kita hanya perlu menunggu waktu yang tepat saja,” balas Ji Eun tak kalah jahilnya.

Kini amarah Sora, benar-benar sudah memuncak sampai ubun-ubunnya. Namun menanggapi celotehan kedua temannya itu, sama seperti menggali kuburannya sendiri.



“ Ya! Tapi aku penasaran, apa Huang Zi Tao itu masih mengingatmu?”


Gadis bernama Sora-pun mengalihkan pandangannya ke arah Hara yang bisa dibilang sedikit lebih waras daripada teman-temannya yang lain. Ia menghela napas ringan, terdiam sebentar untuk memikirkan jawaban model apa yang harus ia berikan untuk pertanyaan Hara  tadi. Sejujurnya ia juga tidak tahu, apa pria bernama Huang Zi Tao itu masih mengenalnya atau tidak.



“ Tenang saja! Jika pria itu tidak mengingatmu, kami akan membantumu agar dia bisa mengingatmu kembali, bagaimana?” tawar Gyuri yang duduk di sebelah Kim Sora.



“ Jangan membahas hal itu lagi! Aku juga tidak peduli dia masih mengingatku atau tidak!” Sora melepaskan rangkulan Gyuri dan memilih menyibukkan dirinya dengan melahap beberapa makanan ringan di depannya.



Mungkin mulutnya bisa berkata tidak peduli, tapi tidak begitu dengan hatinya. Sejujurnya ia sangat berharap jika orang yang sangat dirindukannya itu masih mengingat dirinya. Tapi rasanya ia terlalu takut, bahkan sangat takut untuk sekedar berharap.





******





Seorang gadis muda masih tenang mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Matanya tak berpaling dari layar laptop di hadapannya dan jari-jari lentiknya terus bergerak di atas papan keyboard. Suasana hilir mudik orang-orang di sekitarnya, tak lantas membuyarkan konsentrasinya. Bahkan gadis itu hampir lupa kalau sekarang ini ia sedang ditemani oleh salah seorang temannya, Jung Cheonsa.



“ Sampai kapan kau mau mengerjakan tugas itu? Kau tahu tidak, aku sangat bosan berada di sini!” keluh Cheonsa yang nampaknya memang sudah sangat bosan.


“ Tentunya sampai selesai. Lagipula siapa tadi yang memaksamu ikut ke sini? Dasar..” ucap Sora tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya.


Kata demi kata terangkai menjadi kalimat yang kemudian bergabung menjadi sebuah paragraf dan terangkum menjadi sebuah wacana. Jari-jari lentik itu tak kunjung lelah, hingga akhirnya senyuman lebar menghiasi wajah gadis itu. Ditatapnya puas layar laptop di depannya, sejenak ia menghela naPas ringan. Tugas yang sedang ia kerjakan, kini telah usai, membuat gadis bernama Kim Sora itu senang bukan main. Tak lama, ia mematikan sistem operasi pada benda elektronik miliknya itu. Iapun mulai membereskan barang-barangnya dan menyimpan laptopnya ke dalam tas.


“ Akhirnya selesai juga! Rasanya sudah seperti satu abad aku menunggu di sini.”



Meski Sora amat senang karena tugasnya sudah selesai, namun ada orang lain yang lebih bahagia, siapa lagi kalau bukan Cheonsa. Sora hanya menggelang aneh pada temannya yang begitu antusias bangun dari duduknya.



Kajja! Kita temui yang lain!” ujar Cheonsa sambil menatap Sora dengan riang.


“ Baiklah nona Jung!” Sora hanya bisa pasrah mengikuti keinginan temannya itu, lagipula ia memang sudah muak berlama-lama di tempat yang sering disebut perpustakaan itu.


Sora berjalan pelan mengekori Cheonsa yang berjalan dengan begitu riang di depannya. Gadis bernama Sora itu hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi yang jelas sangat berbanding terbalik dengan apa yang diperlihatkan oleh Cheonsa. Sebenarnya bukan karena ia tak memiliki rasa bahagia di dalam hatinya, hanya saja rasa letih yang sedang ia rasa sudah menarik semua minatnya untuk sekedar beriang gembira.



Sesampainya dua gadis itu berada di depan pintu keluar, langkah mereka terhenti saat dari jarak yang tak cukup dekat, mereka melihat beberapa namja yang berjalan beriringan. Dari sekian banyak namja yang berada di dalamnya, hanya satu yang cukup menarik perhatian dua gadis itu. Seketika salah satu  gadis yang masih terdiam itu, menoleh ke arah gadis di belakangnya.



Mwoya? Kenapa menatapku seperti itu?” sungut Sora yang merasa risih dengan tatapan dari Cheonsa.


Kajja! Tunggu apalagi?” tak ada jawaban dari Cheonsa, yang ada ia semakin intens memandangi wajah Sora.


Mengerti maksud dari tatapan itu, dengan cekatan Sora langsung mengambil langkah maju mendahului Cheonsa yang masih terdiam di tempatnya. Sekeras mungkin Sora berusaha bersikap tidak terjadi apa-apa, meski sebenarnya gadis itu tengah repot menangani detakan jantungnya yang berpacu lebih cepat dari sebelumnya.


Hingga derap langkah membawa dirinya semakin mendekat pada sosok yang mampu memporak-porandakan akal sehatnya. Pandangannya kini semakin tak menentu, saat ia mendengar suara itu semakin jelas, suara namja itu. Rasanya ingin sekali ia memutar langkahnya, dan menghindar agar ia tidak berpapasan dengan sosok itu, Huang Zi Tao.


“ Oh begitukah? Sepertinya aku memang perlu menjelajahi area sekitar kampus ini,” Ujar seorang pria menanggapi ucapan temannya. Tak lupa senyuman tipis yang mempesona terpampang pada wajah tampan itu. Iapun kembali diam dan menyimak penuturan salah temannya yang sedang menjelaskan seluk beluk kampus yang baru dua hari ini ia datangi.



Matanya terus mengedar mengikuti arahan tangan temannya. Namun pandangan lelaki itu berhenti, ketika matanya bertemu dengan sepasang mata cantik yang terlihat begitu ragu untuk menatapnya. Perlahan langkah lelaki tampan itu berhenti, tepat bersama dengan akal sehatnya yang mendesak memorinya untuk mengingat sesuatu. Pandangannya tak lepas dari gadis itu,  sepertinya ia sudah benar-benar terhipnostis dengan gadis pemilik mata itu.



Jelas-jelas ia melihat sosok yang selama lima tahun ini, amat ia rindukan, namun gadis berambut panjang bergelombang itu terus mencoba mengabaikan desiran-desiran aneh pada dirinya. Langkahnya semakin cepat dan terkesan sangat buru-buru, yang membuatnya berlalu begitu saja dari hadapan priayang masih menatapnya dengan segala ketertarikan.



Dari belakang, Cheonsa yang masih tertinggal hanya bisa merutuk kesal atas tindakan bodoh yang dilakukan temannya itu. Ia tak habis pikir dengan isi otak temannya itu. Baiklah kalau kau tak mau melakukannya, biar aku yang melakukannya. Tak lama ide jahil mulai datang dan memenuhi pikirannya, hingga gadis bernama Cheonsa itu menyeringai puas.


“ Yak! Kim Sora! Tunggu aku!” teriak Cheonsa saat kira-kira ia hampir berpapasan dengan pria bernama Huang Zi Tao tadi.





******





Sora POV


Aku hanya bisa mendengus kesal sembari memutar bola mataku. Mendengar ocehan mereka yang tengah memojokkanku, sungguh sangat menjengkelkan. Ini semua gara-gara gadis bernama Jung Cheonsa. Coba saja gadis itu tak bercerita macam-macam pada yang lain, mungkin saat ini aku sedang bernapas lega. Kulirik tajam Nayoung yang untuk kesekian kalinya melontarkan kalimat yang tentunya terus memojokkanku. Kalau seperti ini jadinya, aku berharap Park seosangnim segera datang. Tak peduli jika sebelumnya, aku sungguh membenci kuliahnya, yang terpenting sekarang adalah bagaimana caranya membuat dua gadis ini berhenti berkicau.



“ Kau ini memang sungguh payah Sora!” ya…terus saja menceramahiku! Coba saja kalau kalian berada di posisiku, aku sangsi kalian bisa melakukan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kulakukan.


“ Bukankah kau sangat ingin bertemu dengannya?” Ya benar! Tapi semua tak semudah yang kau bicarakan Park Gyuri.


Aku hanya diam atau lebih tepatnya pura-pura bersikap tenang, seolah aku tidak mendengar apapun yang kedua temanku katakan. Setidaknya dengan cara seperti ini, tidak membuatku semakin kesal. Dan kemungkinan, dua orang ini akan lelah dengan sendirinya karena tidak ada satu pun ucapan mereka yang kutanggapi.


Tapi tak lama suasana kelas yang awalnya agak gaduh, perlahan menjadi semakin gaduh karena beberapa dari mereka berpindah ke tempat masing-masing. Kemudian suasana kelas yang tadinya sangat berisik, berubah menjadi lebih tenang. Sekarang semua orang duduk tenang di kursi masing-masing. Maksudku ada yang benar-benar tenang dan ada pula yang berpura-pura tenang.



“ Selamat siang semua!” suara berat lelaki yang umurnya bisa kutaksir sekitar lima puluh  tahunan, terdengar ke seluruh penjuru kelas. Benar saja! seorang pria berusia lanjut memasuki ruangan kelasku. Ah… mimpi burukku datang!


Aku hanya bisa menghela pasrah ketika melihat Park seosangnim tengah meletakkan buku-buku tebal di atas mejanya. Sesekali ia mendeham pelan sembari melirik ke arah dimana semua mahasiswa duduk. Dengan teliti, matanya terus berpindah dari satu kursi ke kursi yang lain. suasana seperti ini sungguh tidak asing bagiku, kegiatan seperti ini memang sudah merupakan rutinitasnya setiap datang ke kelas.


“ Dimana murid baru itu?” tanyanya dengan suara tegas yang menggelegar. Aishh…tidak bisakah orang ini bersikap sedikit lebih santai. Apa dia tidak lelah bersikap kaku seperti itu setiap hari? Lagipula kenapa dia menanyakan anak baru itu pada kami? Tentu kami tidak tahu menahu tentang anak baru yang sedang ia bicarakan itu.


“ Maaf aku telat!” sebuah suara menyahuti pertanyaan seosangnim setelah sebelumnya suasana kelas begitu hening. Aku tidak tahu siapa orang itu, atau lebih tepatnya tidak mau tahu, karena aku sendiri sedang berfokus pada buku catatanku. Tapi siapapun orang itu, aku yakin dia adalah orang yang tidak takut mati. Jika tidak, bagaimana bisa ia berani datang terlambat ke kelas seorang dosen yang terkenal sangat mengerikan?



Mendadak suasana kelas menjadi agak riuh semenjak kedatangan orang yang masih tak kuketahui. Bisa kudengar obrolan beberapa orang yang tengah membisikkan sesuatu mengenai orang itu. Yang jelas mereka tengah mencibir orang itu, namun ada juga yang tengah mengelu-elukan orang itu, contohnya orang di samping kanan kiriku, siapa lagi kalau bukan Cho Nayoung dan Park Gyuri.


“ KAU! Kenapa telat datang ke kelasku? Kalau seperti ini tidak usah mengikuti kuliahku saja sekalian!” suasana mencekam mendera begitu suara Park seosangnim yang menyeramkan terdengar sedang membentak orang itu.


Jeosonghamnida seosangnim! Tadi aku tersesat saat perjalanan kemari! Sungguh! Tolong beri aku kesempatan,” Jelas orang itu dengan nada sedikit mengiba.


Ahh…malang sekali orang itu! Kurasa lebih baik ia segera pergi dari kelas ini, daripada harus mendengarkan omelan Park seosangnim lebih banyak lagi.



“ Tersesat? Kau murid baru itu? Huh…baiklah! Sekarang cari tempat dudukmu!” aku terlonjak kaget atau lebih tepatnya tidak percaya. Bagaimana bisa Park seosangnim membiarkan orang itu? aisshh… ini tidak adil! Baiklah anak baru! Sepertinya aku penasaran dengan bentukmu.


Belum juga keterkejutanku reda, kini sesuatu yang lebih dahsyat menyentak batinku. Mataku terbelalak cukup lebar saat melihat sosok orang itu yang ternyata adalah…Tao? Tubuhku melemas hingga rasanya aku ingin menenggelamkan kepalaku sekarang juga. Dan lagi-lagi aku hanya bisa melongo, saat sosoknya semakin mendekat padaku. Ini nyatakan? Aku sedang tidak bermimpikan? Dia berjalan menghampiri tempat dimana aku berada dan berhenti tepat di depan kursi yang memang berada di depanku.


Kali ini jantungku berdegup kencang hingga rasa sesak tak dapat terelakkan. Rasanya sulit sekali untuk sekedar menghembuskan sisa-sisa pembakaran metabolism dari dalam tubuhku.


Mata itu, mata itu berhenti tepat menatap mataku. Tatapan tajam matanya sungguh telah mengisolasi diriku untuk tidak berpaling pada hal lainnya. Setelah sukses mengacaukan pikiranku, kini ia menarik kedua sudut bibirnya hingga membuat sebuah lengkungan indah yang sangat mempesona.


Ayolah berhenti memandangku seperti itu Huang Zitao! Kau ingin membuatku gila? Tapi beruntung suara teguran Park seosangnim terdengar dan membuatnya mengalihkan pandangannya ke depan. ia pun dengan tenang duduk tepat di depanku.


“ Aigoo… tampan sekali dia!!” ujar Nayoung dengan nada yang menurutku sedikit berlebihan. Rasanya terdengar sangat menggelikan di telingaku, yah…walau apa yang dikatakannya memang benar.


“ Aisshh..kau ini! Semua pria memang selalu kau bilang tampan!” cerca Gyuri yang mampu membuat Nayoung mendengus kesal. Namun bukan Nayoung namanya, kalau berhenti memuja lelaki tampan.





******




At Cafetaria


“ Benarkah?” seru Ji Eun dan Cheonsa bersamaan. Sudah kuduga pasti kedua orang bernama Nayoung dan Gyuri tidak akan diam sebelum menceritakan apa yang terjadi tadi.


“ Benar! Kau tahu, ternyata namja itu sangat tampan dan tentunya memiliki postur tubuh sangat ideal!” timpal Nayoung membenarkan. Dia itu heboh sekali. Seperti baru melihat manusia tampan saja.  Semua terlihat begitu antusias, terlebih saat Nayoung mengatakan kata TAMPAN. Garis bawahi itu.


“ Ya…orang itu memang tampan dan tinggi. Tidak seperti kekasihmu!” gumam Cheonsa yang masih bisa terdengar olehku. Temanku yang satu itu, memang tidak pandai bergumam. Bagaimana bisa suara bergumam, terdengar sangat jelas?


“ YAK! Siapa yang kau maksud?” pekik Nayoung kesal. Namun seperti biasa, Cheonsa hanya menanggapinya dengan bertingkah seperti tidak melakukan apa-apa dan memasang wajah tanpa dosa kebanggaannya.

“ Sudahlah! Lagipula yang dikatakan Cheonsa memang tidak salah!” sahut Ji Eun yang malah membuat aura gelap pada Nayoung semakin terlihat menyeramkan.



Aku hanya bisa terkekeh pelan melihat perubahan ekspresi Nayoung. Semula ia tampak sangat antusias membicarakan Tao namun dengan mudah Cheonsa merusak perasaan baiknya.


“ Oh ya, terus bagaimana? Apa kalian berdua saling menyapa?” tanya Hara sembari memajukan wajahnya. Ia memandangku dengan sangat intens, atau lebih tepatnya sedang memaksa sebuah jawaban keluar dari mulutku. Sebesar itukah rasa penasaranmu Lee Hara?


Aku menghela napas sejenak, kemudian berancang-ancang untuk menjawab pertanyaan Hara. Namun belum juga aku bicara, Nayoung sudah menyelak.


“ Seperti biasa, tidak ada yang gadis ini lakukan kecuali menghindar. Aku heran sekali kenapa dia begitu. Coba kalian berada di kelasku saat itu, mungkin kalian bisa merasakan sejengkel apa perasaanku waktu itu,” selak Nayoung yang membuat ketiga temanku yang lain mengangguk. Isshh…rasanya ingin sekali aku menyumpal mulutnya, yang ditanya itukan aku bukannya dia. Memangnya apa yang ia ingin aku lakukan? Haruskah aku bersikap sok akrab? Bukankah itu sangat aneh?


“ Ya…dia memang payah. Tapi menurutku Sora membutuhkan waktu, bagaimanapun bertemu lagi dengan seseorang yang sudah lama tidak kita temui, membuat kita akan merasa sedikit canggung bukan?”


Aku hanya bisa menatap Cheonsa dengan tidak percaya. Rasanya aku ingin segera menghampirinya dan mengucapkan terimakasih padanya.


“ Cisshh…dapat kalimat bijak darimana kau, anak kecil?” ejek Nayoung yang membuat Cheonsa mengerucutkan bibirnya.



“Aishh..sudahlah! Yang penting sekarang Sora sudah bertemu kembali dengan pangerannya. Masalah bagaimana tindakan selanjutnya nanti, itu urusan belakangan,” Ujar Gyuri yang diangguki oleh yang lain. Tapi aku tidak setuju dengan ucapannya. Bukankah sangat berlebihan dengan menyebut Tao sebagai pangeran? Aku juga tidak pernah merasa dia itu pangeranku.




******





Author POV


At Library



Seorang pria muda tengah tenggelam dengan kesibukannya, yaitu membaca sebuah buku tebal yang baru saja ia temukan dari beberapa tumpukan buku yang berjejer di rak perpustakaan. Ia begitu serius mencerna kata per-kata yang sedang ia baca.


Tenang. Begitulah kesan yang dipancarkan oleh pria itu. Beberapa kali ia mengalihkan pandangannya dari buku tebal itu dengan menegakkan kepalanya, kemudian terdiam sejenak lalu kembali melanjutkan aktivitas bacanya. Yah, setidaknya itulah hal menarik yang sedang dilakukan oleh pria bernama Huang Zi Tao.


“ Hei!”


Akhirnya pusat perhatiannya terpecah saat seseorang yang menepuk pelan bahunya. Ia langsung beralih menghadap orang yang baru saja menyapanya.


“ Apa aku mengganggumu?” tanya seorang pria di depannya. Langsung saja ia menggeleng, membuat pria bernama Chanyeol girang bukan main. Namun ekspresi berbanding tengah diperlihatkan oleh seorang gadis di sampingnya.

“ Oh ya, Cheonsa kenalkan ini teman baruku namanya Huang Zi Tao,” Terang Chanyeol pada gadis di sampingnya yang terlihat sedikit jengah. Kemudian gadis yang dipanggil Cheonsa itu menoleh ke arah Chanyeol sambil tersenyum masam.

“ Aku sudah mengenalnya.”


Kedua alis Chanyeol bertaut, sejenak ia memandangi gadis di sampingnya dengan intens. “ Benarkah? Bagaimana bisa?” tanya Chanyeol begitu antusias.



“ Hanya mendengar dari Nayoung,” Jawab Cheonsa malas. Gadis itu sebenarnya malas berada di tempat yang sama dengan makhluk bernama Chanyeol, namun karena alasan terpaksa ia harus tetap melakukannya. Kini Cheonsa hanya bisa menahan kesal sambil memutar bola matanya, tapi tiba-tiba saja gerakan matanya terhenti begitu ia menangkap sebuah buku yang letaknya tak jauh dari bukul tebal yang tadi dibaca Tao. Mengerti dengan arah pandangan Cheonsa, Tao langsung menutup buku tebal itu dan memasukkannya ke dalam tas.


“ Ah…bagaimana? Apa yang perlu aku jawab?”


Mendengar ucapan Tao, sejenak pikiran Cheonsa beralih. Kini ia mulai duduk di depan pria itu, diikuti dengan Chanyeol yang duduk di sampingnya. Gadis itu terlihat sibuk mengeluarkan buku dan alat tulisnya. Dengan teliti ia memastikan semua daftar pertanyaan yang telah ia susun sebelumnya. Setelah merasa cukup yakin, iapun memulai sesi pertanyaannya.


Tak jarang Cheonsa menambahkan pertanyaan di luar daftar pertanyaan yang telah ia susun, begitupun dengan Chanyeol yang tak kalah aktif dengan gadis itu. Sepertinya tugas kali ini mampu membuat Cheonsa dan Chanyeol bisa duduk bersama dengan tenang. Tidak ada lagi ejekan-ejekan yang memancing emosi, yang ada hanya kerja sama dan kekompakan.




******




“ Sepertinya kau sangat akrab dengan orang itu,” ujar Cheonsa kemudian menyesap milk shake miliknya.


“ Aku bertemu dengannya empat hari yang lalu saat ia sedang mencari ruangan. Semenjak itu kami sering bertemu, ia juga banyak bertanya tentang kampus ini padaku,” Terang Chanyeol yang hanya diangguki oleh Cheonsa.


“ Kenapa? Kau tertarik dengannya ya? Aishh…ternyata semua yeoja itu sama. Sama-sama mudah tertarik dengan lawan jenis,” Cibir Chanyeol.


Gadis itu hanya bisa mendelik kesal ke arah Chanyeol yang jelas-jelas sedang menuduhnya dengan tuduhan yang sama sekali tidak benar. Ok…Tao memang tampan tapi orang itu sungguh bukan tipenya. Lagipula ia masih normal, jadi wajar jika ia menyukai lawan jenis, walaupun orang itu bukan Tao.





******





Sora POV



Tak habis-habisnya aku mendengar celotehan teman-temanku sepanjang jalan menyusuri koridor menuju pintu gerbang keluar. Terkadang aku ikut menimpali pembicaraan mereka atau memilih tutup mulut jika pembicaraan mereka mulai memojokkan posisiku.


“ Hari ini aku mau makan jjajangmyeon, bagaimana kalau kita makan bersama?” tanya Nayoung yang membuat kami terdiam sejenak.


“ Baiklah. Bagaimana, apa kalian ikut?” aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Hara barusan, berarti dengan kata lain aku menyetujui usulannya tersebut. Kamipun kembali berceloteh dengan riang.



“ Hey Cheonie, bagaimana kencanmu dengan Chanyeol tadi?” aku hanya melirik ke arah Cheonsa yang tengah mendelik kesal atas pertanyaan Ji Eun atau tepatnya pertanyaan yang paling dibencinya.


“ Kencan apa maksudmu, hah? Aku dan dia hanya mengerjakan tugas yang diberikan oleh Jinhye seosangnim, tidak lebih!” jelas Cheonsa sedikit berteriak.



Anak ini, pasti akan selalu berapi-api kalau disinggung masalah Chanyeol. Memang ia sering sekali terlihat bertengkar dengan namja itu, dan itulah yang membuat kami sering menggodanya. Bisa saja kan Chanyeol itu menaruh perasaan padanya?


Keurae, berhenti menggodanya atau tidak nyawa kalian akan lenyap di tangannya sekarang juga,” Celetuk Gyuri.


“ Diam kau!”




Lagi-lagi pertengkaran terjadi hanya karena masalah sepele, tapi memang beginilah persahabatan kami. Lebih banyak ejekan daripada kalimat manis seperti hubungan persahabatan normalnya. Ya…setidaknya dengan begitu,  membuatku tidak perlu canggung ataupun sungkan lagi.



“ Lihat! Bukankah itu Tao?” semula aku malas menanggapi ucapan Nayoung, bisa sajakan kalau dia hanya mengerjaiku dan mengejekku setelah aku menoleh ke arah pandangannya. Namun rasa enggan itu terusir begitu mendengar tanggapan teman-temanku yang lain.


Baiklah aku menyerah atau memang aku sudah tak mampu bertahan. Kini ku ikuti kemana  arah pandangan Nayoung dan teman-temanku yang lain.  terlihat seorang pria keluar dari sebuah van mewah lengkap dengan seragam kerja khas supir pribadi. Orang itu berjalan memutari mobilnya dan berhenti tepat di depan Tao. Entah perbincangan macam apa yang sedang mereka bicarakan, yang jelas mereka berbincang sebentar sebelum akhirnya orang itu membukakan pintu van dan mempersilahkan Tao untuk duduk di barisan kursi penumpang.


Setelah Tao masuk ke dalam mobil, orang itu segera menutup pintu mobilnya dan kembali berlari memutar. Tak lama decitan suara mesin mobil terdengar, kemudian mobil itu melaju pelan hingga akhirnya keluar dari area parkir.



Tidak ada yang berubah darinya. Bahkan kebiasaan antar jemputnya masih tak berubah.




******




Author POV




Suasana kelas begitu sibuk, sesibuk para penghuni yang berada di dalamnya. Dengan cakapnya mereka membereskan semua barang dan memasukkannya ke dalam tas, kemudian beranjak meninggalkan ruangan dimana selama lima jam penuh yang lalu mereka pergunakan untuk menimba ilmu di dalam sana. Raut wajah yang begitu muram otomatis berubah menjadi sedikit lebih ceria, saat mereka berada di ambang pintu keluar. Begitu juga dengan Sora, Gyuri, maupun Nayoung. Mereka terlihat begitu tidak sabar untuk bisa keluar dari ruangan itu.


“ Sora! Tunggu!” panggil orang yang tengah berjalan menghampiri gadis yang ia maksud. Sontak gadis bernama Sora-pun langsung menoleh pada orang yang baru saja memanggilnya, tak hanya Sora tapi kedua teman Sora-pun ikut menoleh.



Kekehan pelan yang sebelumnya terdengar dari mulut Sora, perlahan tak terdengar saat mata gadis itu menangkap sosok gagah di depannya. Tak jauh berbeda dengan Sora, Gyuri dan Nayoung-pun memamerkan ekspresi tercekat. Sejenak akal sehat Sora menghilang dibawa pergi oleh kegugupannya, membuat dirinya tidak dapat melakukan apapun kecuali diam.



“ Ini! Bukumu tertinggal.”



Sora menerima uluran tangan Tao yang sedang mengembalikan buku catatan miliknya. Tak ada sepatah katapun yang diucapkan Sora setelah menerimanya, bahkan sekedar ucapan ‘terimakasih’ saja tidak terdengar dari mulutnya. Hingga akhirnya gadis itu memutar balik tubuhnya, sehingga ia berada dalam posisi sedang memunggungi pria di belakangnya. Ia menghirup udara sejenak, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu.





******





Sekejap tubuh gadis itu menegang, lagi-lagi jantungnya kembali berdegup kencang. Letupan-letupan dalam hatinya terus bergejolak hingga ia sendiri merasa tak kuasa untuk mengendalikan diri. Langkahnya terhenti begitu saja setelah mendengar sebuah suara menyerukan namanya dengan nada beserta intonasi yang amat ia kenal.


“ Sora-aa..”




Butuh banyak waktu untuk gadis itu menetukan sikap, meski sebenarnya ia hanya butuh waktu sepuluh detik untuk bisa meyakinkan dirinya. Ya…setidaknya orang normal lainnya hanya membutuhkan waktu sepersekian detik untuk menoleh pada asal suara yang memanggil nama mereka.


Lambat laun tubuh mungil itu memutar balik. Membuat pemilik tubuh mungil itu kembali tersentak dengan pemandangan yang sebelumnya telah ia dapati. Seolah akan sangat berdosa jika menatap sepasang bola mata itu, Sora tak berani memandangnya dan lebih memilih untuk menundukkan kepalanya.


Namun bukan berarti ia perasaan aneh itu hilang begitu saja, karena pada nyatanya dengan kepala tertundukpun, gadis itu malah bisa melihat jelas derap langkah orang di depannya yang kian mendekat ke arahnya. Hingga perasaan itu sampai pada puncaknya, dimana saat pemilik kaki itu berhenti pada jarak yang begitu dekat.


“ Kau tak mengingatku, Sora-aa?” pertanyaan lolos dengan mulusnya dari mulut pria yang masih menatap intens dirinya.


Tak ada rasa canggung pada pria itu, jelas-jelas ia sedang berharap bahwa gadis yang telah lama tak ditemuinya itu mau mengangkat kepalanya. Pria berambut hitam itu masih menggerakkan kepalanya, mencoba untuk menemukan mata sahabat lamanya. Seulas senyum tipis terpampang jelas, hingga membuat siapapun yang melihatnya terpesona.


Desiran-desiran aneh yang ia coba musnahkan, secara mencengangkan datang lagi dengan jumlah yang justru lebih membludak dari jumlah sebelumnya. Kali ini Sora benar-benar tak bisa bernapas dengan baik, saat sensasi-sensasi aneh menjalari sekujur tubuhnya. Senyum itu… senyum yang selama ini hanya dapat ia lihat melalui kenangan-kenangan lama yang masih bersarang dalam memorinya, kini dapat ia lihat secara langsung. Hingga gadis berkuncir kuda itu merasa seperti sedang bermimpi.



“ Sora?” kesadaran gadis itu kembali berkumpul saat untuk kesekian kalinya, suara itu mengucapkan namanya dengan sangat fasih.


Salah satu alis pria itu melengkung yang membuat keningnya sedikit berkerut. Pria itu seperti sedang menyelami isi pikiran orang di depannya yang sedari tadi tak mengucapkan sepatah katapun. Hingga sebuah terkaan muncul dalam benaknya, ‘apa dia sudah melupakanku?’ kira-kira begitulah isi pikiran pria yang masih menunggu jawaban dari Sora.


“ A..a..aku…”



Tao semakin menatap intens gadis di depannya, yang hanya bisa mengatakan kata aku dengan tergagap. Untuk sejenak mata mereka bertemu, tapi tak lama Sora kembali membuang pandangannya.


“ Tentu..aku masih mengingatmu. Anak manja yang terus mengejekku dengan sebutan manusia aneh. Mana bisa aku melupakannya?”



Prasangka buruk yang tadi muncul sebagai terkaan-terkaan mengecewakan, kini luluh lantah tergantikan oleh sebuah fakta yang begitu manis. Tak pelak pria itu kembali menyunggingkan senyumnya yang membuat matanya sedikit menyipit.


“ Ah…kukira kau sudah melupakanku. Tapi kalau memang seperti itu, kenapa dari kemarin kau tidak kunjung menyapaku? Aissh…kau ini sombong sekali Kim Sora,” keluh Tao sambil terkekeh pelan yang tak sengaja membuat Sora ikut menarik kedua sudut bibirnya.





******



At Cafetaria



Beberapa pasang mata kini tengah memandang serius dua objek pemandangan di depan mereka secara bergantian. Tak pelak terkaan-terkaan muncul di benak masing-masing setelah melihat jelas dua sosok di depan mereka, Sora dan Tao.


“ Apa ada yang aneh denganku?” tanya Tao yang cukup berhasil menyudahi tatapan-tatapan aneh dari kelima gadis di depannya. Sejurus dengan pertanyaan Tao yang terlampau polos, kelima gadis itu mengubah sedikit posisi duduk mereka untuk sedikit mengatasi perasaan salah tingkah setelah sebelumnya tertangkap basah.



“ Mereka memang seperti itu jika melihat manusia yang baru dikenal. Kelewat aneh dan mengerikan,” Desis Sora asal. Dalam hati ia mengejek kelima temannya yang terlihat sangat gugup saat ini. Bisa ia ingat dengan baik bagaimana dulu teman-temannya mengejek dirinya yang selalu diam atau cenderung menghindar saat bertemu dengan Tao, tapi melihat teman-temannya sekarang, ia benar-benar yakin bahwa dirinya lebih baik dari kelima gadis itu.


Issh…teman-temanku ini pendiam sekali rupanya. Biasanya kalian menghabiskan seluruh waktu kalian untuk mengoceh, ayolah bicara! Aku bisa mati bosan kalau kalian terus diam,” tutur Sora dengan nada manja yang dibuat-buat. Jelas sekali ia sedang mengejek tingkah laku kelima temannya.



Delikan sinis tak urung menghujami Sora, namun karena merasa lebih unggul, Sora hanya bisa menggedikkan bahunya sembari tersenyum tipis seolah sedang menabuh genderang perang dengan pemilik mata-mata itu.



“ Santai saja! Jangan sungkan padaku, anggap saja aku bagian dari kalian,.” Ujar Tao santai. Sikap ramahnya serta senyumnya begitu mempesona mencairkan kebekuan yang tengah membelenggu. Membuat kelima gadis itu melupakan kejadian memalukan seperti yang telah mereka lakukan tadi. Setidaknya sekarang tingkah mereka bisa sedikit lebih normal.


“ Hmm..Tao-ssi, bagaimana ya aku memanggilmu..” desis Nayoung tak karuan.


“ Panggil aku Tao,” Selak Tao dengan santai.



“ Sebenarnya apa alasanmu pergi ke Qingdao?” tanya Nayoung dengan tatapan menyelidik.


Jelas pertanyaan Nayoung mewakili pertanyaan kelima gadis lainnya, terutama Sora. Kilatan-kilatan hitam putih seolah berputar dalam memorinya. Kejadian lima tahun lalu, dimana saat gadis itu menyambangi sebuah rumah yang tak lagi asing baginya. Dengan wajah riang gadis itu menekan bel pada tembok rumah itu. tak lama, keluar seorang wanita dengan pakaian khas seorang asisten rumah tangga dari balik pintu utama, ia menyapa wanita itu dengan ramah. Namun kenyataan yang tak pernah ia prediksikan terlontar, hingga memaksanya menerima kenyataan pahit bahwa orang yang menjadi tujuannya datang ke rumah itu telah pergi. Pergi ke tempat jauh yang letak tepatnya tidak ia ketahui.


“ Semenjak usia lima tahun aku tinggal di sini, hingga akhirnya aku jarang sekali bertemu dengan nenek kakek-ku. Mereka semakin tua, hingga tanpa sadar banyak kebersamaan yang telah ku lewatkan. Jadi aku memutuskan untuk tinggal bersama mereka,” jelas Tao. Pria itu tersenyum tipis setelah ucapan terakhirnya, ia memandang ke bawah atau lebih tepatnya memandang ke hamparan meja yang tengah ia tempati. Tapi tak lama, pria itu menatap gadis-gadis di hadapannya dengan ramah seperti sebelumnya.


Santai sore bersama mereka berjalan begitu menyenangkan meski awalnya terasa begitu canggung dan kaku. Namun tak lama, kebersamaan itu terasa lebih santai dan menyenangkan. Gurauan, candaan atau ledekan-ledekan jahil menghiasi pertemuan mereka, hingga tak terasa waktu terus berjalan, membuat langit kota Seoul kini terlihat sedikit merah kekuningan. Senja telah menyapa, memaksa mereka semua untuk mengakhiri kegiatan mereka.



“ Senang bisa menghabiskan waktu denganmu. Kami harap kau tidak keberatan jika lain kali ikut bersama kami,” Ucap Nayoung pada Tao sembari berjalan menyusuri area parkir.


Hembusan nafas jengah dan pasrah tak pelak menjadi bagian dari ekspresi kelima gadis lainnya. Melihat sikap Nayoung yang begitu manis pada Tao membuat mereka sedikit jengah.


“ Tentu aku mau! Itupun kalau Sora mengizinkan.” Sahut Tao sembari melirik Sora. Kelima gadis lainnya langsung saja ikut melirik Sora dengan penasaran. Sungguh mereka sedang berpikir sejauh apa hubungan Sora dan Tao.


“ Terkadang dia itu kelewat pelit. Sampai-sampai melarangku untuk mengenal teman-temannya,” Ucap Tao lagi. Lelaki jangkung itu tersenyum jahil saat menyadari perubahan ekspresi Sora yang jelas-jelas sedang menyuruhnya untuk menutup mulut sekarang juga.


“ Lagipula untuk apa kau mengenal teman-temanku?” cerca Sora lantang, namun suaranya perlahan melemah saat beberapa pasang mata yang tadi sedang beralih pada Tao, kini kembali menatapnya dengan penasaran.


“ Aisshh…sudahlah aku mau pulang!” Sora menghentak-hentakkan kakinya dengan keras seolah melakukan itu bisa membuat rasa kesalnya ikut jatuh bersama langkah kakinya.


“ Yak..manusia aneh! Pulang bersamaku!”





TBC

Hayoo…..bersambung deh!! Kekekekk….
Gimana pada penasaran ama kisah selanjutnya gak? Aku harap sih pada penasaran? Ada yang tertarikkah ama ff ini? jujur aku juga gak berharap ada reader yg bener” interest ma ff ini, karena tau sendirikan, ceritanya itu pasaran banget. BTW ini ff jadul bgt, sebenernya udah dipublish dari tahun, pas baru kenal EXO. Itupun karna temenku sering bgt nyetel videonya. Berhubung waktu itu belum begitu engeh sama mereka, aku Cuma engeh sma  beberapa orang aja. Nah, salah satunya Tao. inilah kenapa cast-nya Tao. Just info aja sih, ini ff chapter pertamaku dengan cast anak exo. Berhubung ini ditulis udah dari kapan tau, bahasanya masih alay banget *walau aku juga masih alay sampe skrg* terus ceritanya pasaran bgt *maklum, bikinnya pas jaman SMA*

Oh ya sedikit penjelasan Journey of love series ini menceritakan tentang kisah enam gadis yang udah sahabatan semenjak SMP hingga kuliah. Ceritanya disini mereka adalah mahasiswi dari universitas Chung-ang. Karena umur mereka yang relatif muda, mereka banyak mengalami hal-hal baru yang sebelumnya nggak pernah mereka temui. Biar lebih jelas, aku kasih rincian data tentang enam gadis itu. ini dia!


Park Gyuri : mahasiswi fakultas manajemen bisnis
Cho Nayoung : mahasiswi fakultas manajemen bisnis
Lee Hara : mahasiswi fakultas hukum
Kim Sora : mahasiswi fakultas manajemen bisnis
Han Ji Eun : mahasiswi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Jung Cheonsa : mahasiswi fakultas hubungan internasional

Nah jadi setiap orang punya giliran masing-masing dalam pembagian. Dan di seri mysterious sight ini jatahnya Kim Sora ama Tao. Nanti pas cerita mereka udh kelar, akan ada cerita lain yang tentunya dengan main cast salah satu dari lima anak di atas yang belum kebagian cerita.
Ok, semoga ada yg tertarik dan nungguin.. btw Thanks buat siapapun yang udh baca.



Thanks

GSB

Comments

Popular Posts